Penataan pedagang kaki lima (PKL) di Solo disebut-sebut keberhasilan
calon presiden Joko Widodo atau Jokowi ketika masih menjadi Wali Kota.
Namun ternyata Jokowi menjual kios-kios yang harusnya diberi secara
cuma-cuma kepada PKL.
Rio Hardoyo (58) warga Lawean Pajang,
Solo, Jawa Tengah, mengatakan kalau yang digembor-gemborkan prestasi
Jokowi memindahkan pedagang kaki lima (PKL) perlu ditanya kembali.
Ia menjelaskan, awalnya pemerintah setempat membangun kios di Pasar
Klitian Notoharjo atau bekas silir Solo dua lantai untuk PKL sebanyak
1.700 kios dan digratiskan.
"Namun realitanya, hanya ada 700 kios untuk PKL sedangkan 1000 kios
itu dijual kepada pengusaha bukan warga asli Solo. Silakan dicek
pedagang di lantai dua pasar itu," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,
Selasa, (27/5/2014) malam.
Rio melanjutkan, pedagang yang mendapat kios gratis itu tidak ramai
dengan pembeli yang berada di lantai dua. Sementara, pembeli kios juga
mengeluh mahal, tetapi sepi pengunjung hingga akhirnya pada pindah.
"Nah income itu tidak tahu pendapatannya kemana, padahal pembelinya
ada semua ke pribadi atau pemda. Wallahu'alam, tapi muncul ke permukaan
Jokowi sukses memindahkan PKL," ujarnya.
Selain itu, Andrian Isnanto warga Desa Kistalan Banjarsari Solo,
Jawa Tengah, mengaku kenal siapa Jokowi sebenarnya. Dari sisi negatif
pun tahu bagaimana Jokowi, tetapi tidak etis disampaikan.
"Yang jelas, Jokowi sudah dua masa sumpah jabatan, pertama Wali Kota
Solo namun loncat jadi gubernur. Kemudian, belum dua tahun jadi Gubernur
DKI sudah mencalonkan sebagai presiden. Apakah masyarakat mau
diinjak-injak begitu," ujarnya. (inilah.com/su)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak mu ...