Tampilkan postingan dengan label Goresan Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Goresan Hati. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Maret 2014

Muslim Kaffah "ATAU" Muslim Kah ??

Muslim Kaaffah atau Muslim Kah?
***

(+) Ada korban tabrakan. Puluhan nyawa terancam. Ambulans mendekat. Dokter-dokter berdatangan. Pas mau menolong, ada teriakan, "Tahan dulu. Dokter dilarang bertindak. Karena para dokter lulusan Universitas Thoghut. Tidak belajar thibbun Nabawi. Bubar semua. Kita harus menjadi muslim yang Kaaffah." Akhirnya banyak nyawa yang tak tertolong.

(+) Sebuah keluarga, baru saja terkena musibah kebakaran. Warung dan semua usahanya ludess. Usai laporan BAP kepolisian, ia pun mengurus asuransi. Ada yang teriak, "Jangan diterima. Asuransi itu RIBA, tidak ada zaman Rasul. Kalian harus memilih, jadi muslim Kaaffah atau Kufur?" Si keluarga terdiam. Akhirnya ia menjual tanahnya, dan kemudian hidup dari belas kasihan.

(+) Di suatu desa, ada pemilihan Kades. Satu calonnya pemabuk. Satu calon lagi wiraswasta pertanian yang ahli masjid. Pas mau memilih, ada yang teriak, "Semua ahli masjid haram memilih. Tidak ada contohnya! Kita harus kaaffah!" Akhirnya yang terpilih Kades tukang mabuk.

Kadang kita bertanya, muslim Kaaffah dimaknai saat ini:

1. Yang meneriakkan syariah-khilafah. Namun tidak mampu mengulurkan tangan untuk membantu masyarakat agar bebas dari problematika hidup, bahkan saat nyawa terancam.

2. Yang bikin status FB-Twitter paling anti-Riba, namun transaksi masih menggunakan uang kertas dan tak ada produksi yang ia lakukan.

3. Yang mencap pemerintah thogut, kafir, namun berlomba-lomba menjadi PNS dengan dalih madani-hadhori.

4. Yang menuduh kampus dan sekolah sebagai sistem kufur, namun tak satupun sekolah yang didirikan.

Muslim Kaaffah apa Muslim Kah?

Senin, 25 November 2013

Bahagia --- Sebuah Inspirasi kah ?

Seorang pemuda berangkat kerja dipagi hari .. Memanggil taksi dan kemudian naik taksi itu ...

"Selamat Pagi Pak" , ... katanya menyapa sopir taksi terlebih dahulu ..

"Pagi yang cerah bukan ??"
sambungnya dengan setrsenyum .. lalu bersenandung kecil ...
Sang sopir senang dan tersenyum melihat keceriaan penumpangnya, dengan senang hati , ia melajukan Taksinya ...

Sesampainya ditempat tujuan ... pemuda itu membayar dengan selembar uang 20 ribuan, untuk argo yang hampir 15 ribuan ...

"Kembalinya buat bapak saja ... Selamat bekerja Pak" ... Kata pemuda itu dengan senyum ..
"Wah , terima kasih banyak" .. Kata Sopir Taksi dengan penuh Syukur ...

"Wah aku bisa sarapan dulu nih " ...
Pikir Sopir taksi itu ..
Dan dia pun menuju ke sebuah warung makan sederhana.

"Biasa  Pak?" Tanya simbok penjual di warung.
"Iya biasa, nasi sayur .. Tapi .. Pagi ini tambahkan sepotong ayam " .. Jawab Pak Sopir dengan senyum.

Dan ketika membayar nasi, Bapak tersebut menambahkan seribu rupiah ..
"Buat jajan anaknya mbok" begitu kata pak Sopir ...
"Terima kasih ya pak " .. Kata SI mbok penjual nasi ..

Dengan tambahan uang seribu tadi, pagi itu anak si mbok berangkat sekolah dengan senyum lebih lebar ..

Ia bisa membeli 2 roti pagi ini ... Dan membagikannya pada teman temannya di sekolah yang tidak punya bekal.

Begitulah cerita ini bisa berlanjut ..
Bergulir .. Bergulir seperti bola salju ..

Pak sopir bisa lebih bahagia pada hari itu ..
begitu juga keluarga simbok ...
Teman teman si anak simbok ...
keluarga mereka ...
Semua tertular kebahagiaan ...
KEBAHAGIAAN itu sebuah PILIHAN ...
Siapkah KITA menularkan kebahagiaan hari ini ??

Bisa menerima itu adalah berkat ..
Tak bisa menerima itu adalah anugerah ...

Semoga sisa hidup kita bahagia DAN membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita,

Semangat pagi Sahabat yang bijak, Ayo guys selalu berbagi ...
Walaupun itu hanya berbagi senyuman dan rezeki sedikit yang kita punya ...

==========================*****************============================



 -Sj-
untuk inspirasi hari ini

Menyadur dari Joe :)

Kamis, 28 Maret 2013

HARGAi JOGJA !! Menilik Masalah Penembakan 4 Tersangka Lapas Cebongan

Oke ..
Kali ini Saya akan membuang Perasaan Sebagai Orang Jawa yg cenderung "Ambil aman" dan Tidak Suka mencampuri Urusan orang lain .. TAPI karena udah Kebangetan, ane ikut Nimbrung ..
-*-
Oke GUYS, Saya scr Pribadi amat Mengutuk Penyerangan Ke LAPAS waktu lalu .. Dan Berharap Segera SELESAI nih Case ..

"TAPI"
Kita Kudu ADIL Guys ..
Apa sih Masalah Pemantik UTAMANYA?? Masalahnya krn "Oknum" warga NTT Menusuk dan MEMBUNUH anggota Kopasus di Hugos Cafe. MEMBUNUH bro .. Menusuk .. Kok segitu gampangnya ya,Asal Bunuh gitu aja. Tuh TNI jg Punya Anak Istri , NAH ini pangkal Masalahnya ..

So??
Kalo Mau PREMANISME ke Laut Sono , Jangan Di Jogja. Saya juga AMAT setuju tuh Cafe ditutup aja !! Bikin MALU


Selasa, 26 Maret 2013

Ga Usah Ke JOGJA Kalau Hanya Mau Bikin Rusuh

Tak Usah Basa Basi ..
ini Adalah Ketegasan Warga Jogja Yang Selama Ini Damai dan Toleransi Tinggi ..
Karena Ulah Beberapa Orang Dari Luar Yang Tidak Menghormati Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Yogyakarta Yang Adiluhung , Menjadikan Beberapa Tempat di Jogja Sering Terjadi Ketidaknyamanan ..

Yang Mau Niat Kuliah di Jogja, Belajar Yang Bener !!
Jangan Bikin Rusuh !!

Kasus Terakhir Adalah Pembunuhan Anggota Kopassus di Jogja Oleh Sekelompok Orang Dari Suku dan Daerah Tertentu di luar Jogja ..
Yang Mengakibatkan Adanya Upaya Balas Dendam dari Kesatuan terkait ..

Yang Niat Mau Belajar, Mau Mencari Saudara SILAKAn Ke JOGJA ..
Yang Niat Mau Rusuh , GA USAH KE JOGJA !!


Muak kami dengan Sikap Arogan KalianSelama Ini ...
Kami Sudah Sangat Toleran dan Welcome serta Mengalah Dalam Banyak Hal ..
Hargai itu, Jangan Bikin Malu Nama Kalian Sendiri

Ini JOGJA , Bukan Daerah Kalian !!
Jangan Seenaknya ..

Dimana Kamu Berada Disitu Langit Dijunjung kan?

Kamis, 31 Januari 2013

Cerita Ku Nanti

Nanti ...
Disaat Mobil Ada di Halaman depan, Sambil membaca Koran dan Minum Kopi Hangat Buatan Istri setelah berenang di kolam renang belakang rumah, Sambil Melihat Laporan Pemasukan Jogja Mandiri Grup-Blankon Grup serta Bisnis Yang lain, senyum Melihat Foto di album Umroh, Lombok, Eiffel, dan Salju di Jerman dan Jepang ..

AKAN ADA SAATNYA Ketika Aku Begumam,

"MasyaAlloh, ini dilalui dengan perjuangan Panjang...TERAMAT tak Mudah.. Dan diawali dengan perjuangan Keras dibulan Januari-Maret 2013, Terimakasih Ya Rabb,Engkau Hadiahkan smua ini padaku"
 
 
 
InsyaALLoh 
 






 











InsyaAlloh ...
Bisa  ...  Sepasti Pasti BISA !!!
 



 

Kamis, 13 Desember 2012

Bandung TRIP ...

Prjalanan Yang Awesome Di Bandung  kemarin ...
Diawali dg Rakor Gempita Kemenpora RI dan dilanjutkan dengan Jalan Jalan di Kota Lautan Api ini  ...
Satu Kata , TOP













Lanjuut besok kemana yakk ??

^^

Kamis, 02 Agustus 2012

UKHTI ....


 Bismillahirrahmanirrahim..

Ukhti..

Kau mungkin agak lelah dalam penantian, tapi yakinlah bahwa aku kan datang menjemputmu. Bukan bak pangeran berkuda putih yang gagah atau pun bak pujangga yang melamrmu dengan sejuta puisi. Ku akan menjemputmu dengan sebuah kesederhanaan untuk membawamu membangun cinta dalam naunganNya.


Ukhti..

Kau lah tulang rusukku yang hilang, maka bersabarlah sampai ku datang menyempurnakan dien kita. Kau lah bidadariku kelak, maka jagalah izzah mu sampai ku datang dengan gagah pada ke dua orang tuamu. Bukan untuk mengajakmu menyenangkan syetan dalam maksiat.

Ukhti..



Nantilah aku dengan penuh ketenangan. Tenangmu bukan berarti diam tanpa arti. Tenangmu bukan berarti hanya menunggu termenung. Namun tenangmu adalah doa dan tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ukhti.. Sabarlah dalam penantianmu. Ku tahu kau setegar Fatimah, secerdas Aisyah namun kau tak seberani Khadijah yang berani melamar Rasulullah Alaihi Wasallam lebih dulu. Tapi aku yakin, di balik ketidak beranianmu tersimpan sejuta arti untuk pangeranmu kelak.



Ukhti..

Jagalah Iffahmu sebelum ku jemput. Jagalah hijjabmu tuk senantiasa terperihara. Bukan untukku, tapi untuk dirimu sendiri. Tapi hati ini tak mampu menolak, kau begitu mempesona saat kau halal untukku kau di balut jilbab yang begitu indah.


Ukhti..

Dekatkanlah dirimu kepada Allah sebelum kau mendekat padaku nanti. Dia lah yang lebih tau yang terbaik untukmu,Dia lah yang mampu mendekatkan hati kita, Dia lah yang mampu membolak-balikkan kita. Maka senantiasalah serahkan hatimu untukNya.


Ukhti..

Kau lah bidadariku. Maka percantiklah dirimu dalam penantian dengan memperbaiki dirimu, dengan memperbanyak ilmu. Karna ku yakin dan kau pun yakin, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.

Yakinlah yaa ukhti fillah.. Sang Sutradara kehidupan sedang memberikanmu jalan untuk menggapai Jannah-Nya. 



Wallahua’lam bi Shawwab

Dari Seorang Sahabat


Rabu, 14 Desember 2011

MANDIRI

MANDIRI ... yaa mandiri...

Itu bisa bermakna banyak...teramat banyak...

Bisa jadi ada yang menyebut sebagai nama Bank, ATM atau mungkin ada yang mengatakan sikap mandiri dan sebagainya...
Tapi buat ku, seorang saka prayitno putro, seorang mahasiswa yang sampai tulisan ini keluar belum juga lulus kuliah karena banyak hal, nama ‘Mandiri’ sangat erat dan berarti sangat buatku...
Karena , Mandiri ini bersifat ganda buatku...
Pertama, karena dengan ‘keterpaksaan’ keadaan , kala itu, waktu itu, hingga saat ini, saya seakan ter mandiri dengan sendirinya. Ajaran orang tua khususnya ayah yang menekankan bahwa yang terpenting adalah pendidikan, utamanya tentang alokasi dana. Walhasil, segala kekuatan dana keluarga sebagian besar terfokus untuk pendidikan. Jadi untuk urusan SPP, buku dan sebagainya entah dari mana pun uangnya, Bapak pasti memenuhinya. TAPI untuk hal yang lain lain, nanti dulu... !!
Itu terjadi mulai dari aku kelas 5-6 SD sudah dibiasakan begitu. Walhasil, urusan jajan dan sebagainya amaat jarang terpenuhi.. Eskalasi terbesar adalah saat SMA, karena smp ku SMP negeri yang tingkat hedonisme nya yang masih belum  tinggi, lagi pula masih lazim anak smp tahun angkatanku (1999-2002) yang di antar jemput oleh Ortu... beda dengan anak Smp sekarang yang sok sok pakai motor , padahal belum paham benar dengan faktor keselamatan... dan ugal ugalan pula. SMA ku adalah SMA Swasta yang cukup terkenal, baik terkenal prestasinya ataupun terkenal dengan tingkat hedon nya yang besar. Yap, Saya bersekolah di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta atawa Sma MOEHA Jogja...yang terkenal pula dengan Genk nya yang terkenal d Jogja , “RANGER” / Remaja Alim Ning Gelem Rusuh...
Di SMA ku itu, karuan saja, yang masuk hampir 95 % termasuk dalam kategori golongan orang kaya (bukan termasuk saya). Sangat berbeda dengan gaya hidup selama ku hidup selama ini.. maka wajar, saat itu aku mulai banyak meminta uang jajan pada Ortu ku.. Karena waktu itu, saya hanya diberi uang bensin, dan bukan uang jajan. Walhasil kalau ada sisa dalam beli bensin saja saya bisa beli yang diinginkan. Oleh karena itu, mulai terfikir kan bagaimana cara mencari uang sendiri. Yap... seorang anak kecil yang badung kelas 1 sma Moeha mulai mencari cara bagaimana dapat duit.. di awal-awal masa pencarian duit, langsung di tawari untuk jualan Rokok, maklum dulu ibu pedagang rokok, alhasil laku keras di sekolah yang notabene fans Berat Kereta Api alias Nyepur alias Ngebul  
Itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya jualan mug, Pin dan lain lain hingga buku. Era hijrahnya diriku membuat cukup perubahan besar dalam pola berduit. Mulai dekat dengan Guru Agama SMA kala itu, mulai pula berjualan buku islami, kaset islami, peci dan sebagainya, bener2 aneh menurutku kala itu yang belum lama pindah dari dunia error ke dunia rada mending...hhaaa

Masih ingat kala itu, kelas 2 SMA, tahun 2003, berjualan kaset dan buku buku menggunakan alas tikar dan kardus yang berat. Terik matahari benar benar luar biasa kala itu. Masih ingat benar, pas di ajak rekan sesama penjual buku, saat ada Konser Izzatul Islam di UMY. Cuaca dalam kondisi yang sangat amat tak bersahabat, sementara hasil penjualan pun tak banyak...
Benar2 pengalaman yang luar biasa... kemudian di hari lain, ada lagi hal yang sama di UMY dan UNY UNY, males berbarengan dengan kecewa muncul dibenak. Saat itu memang gencar2nya banyak konser Nasyid di Jogja. Tapi kawan terus mengajak, akhirnya ikut juga.
Dan Luar Biasa... hari itu menjadi sebuah turning point buatku dalam memahami bisnis. Hari itu, di UNY saja laba bersih yang kudapat hingga 175 Ribu Rupiah. Untuk kala itu dan ukuran ku yang masih siswa, itu sebuah prestasi... Waaah pikirku. Lanjut dengan acara di UMY di total kala itu labanya bisa 300 ribu lebih. Amazing pikirku...
Dengan bekal semangat itu tadi ku beranikan dengan matur bapak/ibu untuk memakai rumah di Babarsari untuk membuka Toko yang menjual buku buku Muslim, kaset, VCD dan pakaian Muslim, toko baru bernama ‘Na’afi’ pun lahir. Nama yang sama dengan nama adikku bungsu, ‘Destriana Dayinta Na’afi’. Bertahan cukup lama, kurang lebih 2 tahun hingga penghujung kelas 3 SMA. Saat itu aku mendapat pengalaman berat dan berharga sangat tentang “Memberi gaji pada karyawan” yang saat itu ada satu orang. Benar-benar berat untuk ku yang saat itu masih SMA, kadang masih ngah ngoh dalam beberapa kebijakan kecil. Hmmm... pendewasaan tentang arti tanggung jawab dimulai dari sana.
SMA pun telah tamat, dan alhamdulillah tawaran masuk tanpa test pun datang dari UPN dan UMY dengan predikat ranking 3 atas seluruh calon Mahasiswa. Lalu nyoba ikutan UM UGM, dan lolos alhamdulillah dengan ijinNya. Kemudian bapak n ibu pun mengontrakkan Rumah di Babarsari untuk membayar biaya di UGM yang kala itu masih sekitaran 5 juta yang terasa amat beratt. Terus bergulir...waktu kian pergi, dan nilai kemandirian yang diajarkan keluarga pun msaih melekat. “Kalau mau beli sesuatu, ya beli sendiri” masih terngiang... Akhirnya mencoba melamar tentor di Primagama pada smester 4 kuliah, alhamdulillah keterima. Lalu dengan modal itu, mutar muter jogja mengajar mata pelajaran Sejarah dan Sosiologi untuk SMA dan Sejarah untuk SMP dan SMA. Akhirnya kesampaian juga untuk membeli HP sendiri, tas, sepatu dan terutama Kesukaanku “Komik” hha...

Akhir smester 7, ada sebuah lowongan untuk membantu mengelola Game Net. Waktu pun menjadi ganjil dan berubah, siang jadi malam, malam jadi siang. Karena kuliah sudah selesai teori, sehingga jam 22.00-4 pagi untuk bekerja dan siangnya untuk tidur. Sorenya untuk ngajar dan privat. Begitu terus seolah seperti robot hidupku. Namun hingga sat itu, tingkat prosentase meminta uang pada bapak menjadi terus berkurang. Kemudian, sekitar 2 tahun lalu tepatnya, Bapak mendirikan Fotocopy yang di beri nama ‘mandiri’ , filosofi nya memang sangat psikis jawa. Karena waktu itu, kehidupan keluarga kami susah dan harus menguliahkan seorang anak, dan menyekolahkan SMA seorang anak lagi, maka cukup berat beban kala itu dan banyak keluarga dan saudara lain yang menyibir. Great !! menyibir kataku...hmm
Dari situ mulai banyak belajar dari bapak tentang manajemen “Mini Perusahaan’’ kalau boleh dibilang. Dan tentu yang lebih susah adalah MeManajemen Karyawan. Sepati dua pati jatuh juga dalam menyeleksi karyawan di awal awal berdiri. Luar biasa benar kendala di awal kala itu. Kejujuran tenaga tenaga yang belum dapat digadaikan dengan kepercayaan kami menjadi menu utama. Belum lagi berbagai fitnah yang bermunculan yang ditujukan pada bapak, seperti kata kata “Wah pantes, pak ***** ra tau kethok, ra tau bali wong pegawaine ayu..” dan sebagainya. Memang kala itu pegawai di Fotocopy dua orang perempuan dan karena itu sampai saat ini Bapak tidak mempekerjakan perempuan di tempat usahanya. Dari situ aku banyak membantu baik pengelolaan maupun tender proyek karena memang dekat dengan beberapa kampus, seperti ‘Unriyo (respati)’ UII Ekonomi, UPN Veteran, Univ Proklamasi 45, dan Akindo yang berlokasi di kawasan babarsari dan Condong catur dan khususnya dari tempatku kerja, primagama..haha..

Hidup pun terus berlanjut, kehidupan kami 2 tahun ini mulai membaik, belajar dengan bapak tentang pengelolaan tempat usaha khususnya Fotocopy membuat ku banyak memiliki tambahan ilmu yang tak ku peroleh di bangku Kuliah. Hingga akhirnya, Mandiri fotocopy kami dapat mendapatkan rata rata Omset Rp.1 Juta per hari..Dari situ mulai sadar, bahwa tak selamanya aku berada di bawah ketiak orang tua. Akhirnya mulai berfikir untuk sambil ber bisnis sendiri, mulai dengan bisnis Kirim Buku import ke Sahabat Sahabatku di kalimantan dan Sumatera hingga ber puluh kardus kardus nilai bobot bisnis per minggu nya. Hasilnya pun lumayan besar, hingga mendapatkan Job pelatihan dari SMA untuk membina KIR dan dapat digunakan untuk modal berikutnya, hingga Usaha Pernak Pernik khas jogja, bros Khas lambang Kerajaan Mataram di Jogja, gantungan Kunci Khas Jogja serta andalannya adalah Topi Berbordir ‘Lambang Kraton Ngayogyakarta’ yang telah menembus Pulau Sumatera, Kalimantan Timur dan Kawan di Sulawesi.  
“Itulah Nikmatnya Silaturahmi dan Link”    sobat.
Kemudian dari hasil jerih payah yang entah berantah, ketika ada informasi mau di oper kontraknya Laundy di kawasan Kampus UNY dengan harga cukup murah (menurutku), langsung saja ku sambar kesempatan itu. Dan laundry bernama ‘Arofah’ pun berdiri di karangmalang UNY. Alloh memang Maha Kuasa, kemudian ada Mesin yang rusak dan kemudian kebetulan diperbaiki oleh Bapak bapak Teknisi yang mampu membuat Alat seperti AC yang memiliki fungsi berbeda. Yakni membuat Udara sekitar menjadi O2/oksigen dan membunuh kuman penyakit karena mengandung Laser khusus di dalam alat itu. Deal bisnis pun semakin jadi, untuk berusaha memasarkan dalam mass production, ke Rumah Sakit, atau kantor2 ellite dengan harga fantastis. Karena memang hanya ada di beberapa negara saja alat tersebut seperti di USA dan Jepang. Namun karena masalah dana, harus lebih bersabar dalam hal itu. Tak lupa pula ada jalinan kerjasama dengan sahabat baik untuk mempromosikan ‘Freon AC’ dan aku ambil bagian dalam marketingnya. 10 Persen untuk setiaP Unit dan PK AC, cukup untuk ku yang masih bujang . Belum lagi tawaran untuk memasarkan kambing Kurban tiap Tahun pun benar2 lumayan. Untuk tiap kambing di beri 250 ribu dan waktu Tahun lalu berhasil menjualkan 13 Ekor kambing, dan sangat mudah, karena ku tawarkan pada adik adik Organisasi yang akan menyembelih kambing :D. Bertepatan dengan hal hal baik itu, ada kabar dari Bapak bahwa Laundry yang mengontrak di rumah Babarsari sudah mau habis kontraknya, langsung pula ku hubungi sahabat baikku hingga kini, siapa tahu ada yang mau ber Investasi di jasa laundry dekat kampus ini. Dan dengan penuh dag dig dug, buka lah “Mandiri Laundrynya Mahasiswa” di kawasan Babarsari. Ada mandiri Fotocopy ada Mandiri laundry..
Kedua, Sebuah Spirit baru telah terbenam dalam hati, Sebuah epilog Azzam telah terukir, nama basis awal untuk melangkah lebih maju di beri nama sama dengan tekad seorang peemuda yang nekad untuk bisa hidup lebih Mandiri...




*-*-* Rabu 20.30 , 14 Des 2011 @ Mandiri Laundry.. *-*-* Just For Share Utk Sahabat Semua *-*-*

Rabu, 07 Desember 2011

Pengen Mengikuti Jejaknya, Menikahi Gadis Gaza ^^


Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Abdillah Onim, relawan MER-C Indonesia yang sedang menjalankan tugasnya di Gaza untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia, mempersunting seorang gadis warga Jabaliya bernama Rajaa Al-Hirthani.
Proses pernikahan Abdillah, terbilang unik dikarenakan untuk pertama kalinya seorang WNI menikah dengan warga Gaza, di Jalur Gaza. Selain itu, setelah beberapa kali meminang beberapa gadis di Jalur Gaza, mulai dari Khan younis, Shija’iya, Gaza, akhirnya Abdillah menemui pelabuhan hatinya di Jabaliya, sebuah kota kecil yang religius, berpenduduk super padat dengan jumlah lebih dari 70.000 jiwa.
Diperkenalkan oleh beberapa sahabat, Abdillah bertemu dengan calon istrinya dengan proses yang cukup islami, dengan cukup melihatnya satu kali, kemudian dilanjutkan dengan saling istikharah, untuk menentukan sikap apakah mereka saling menyetujui untuk membina rumah tangga.
Setelah istikharah, akhirnya mereka memutuskan untuk saling menerima. Proses pernikahan ini terbilang sangat unik juga, bertemu satu kali, tiga hari kemudian saling menerima, hari ke empat melamar, hari kelima penyerahan mahar, dan hari ke enam ijab qabul.
Saat melamar sang pujaan hatinya, selain ditemani oleh seluruh Tim Relawan Pembangunan RS Indonesia yang saat ini berjumlah 7 orang, Abdillah Onim juga ditemani oleh Ketua IHH Cabang Gaza, Muhammad Kaya. Berbeda dengan proses lamaran di Indonesia, proses melamar di Gaza terbilang sangat sederhana, hanya dihadiri oleh beberapa orang, kemudian menyepakati beberapa hal, seperti jumlah mahar, tanggal penyerahan mahar dan tanggal ijab qabul kemudian ditutup dengan doa.
Mengambil tempat di belakang rumah calon mempelai wanita dengan dihadiri oleh beberapa pejabat dari Pemerintah Gaza, Rabu (16/02), prosesi acara penyerahan mahar pun terbilang sangat sederhana dan hanya berlangsung kurang dari 20 menit. Mewakili keluarga Abdillah Onim, Shaikh Yakub Ismail Sulaiman, menyampaikan rasa terima kasih dan syukur yang mendalam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena ini adalah pertama kalinya seorang WNI menikah dengan warga Gaza, dan pihak keluarga calon mempelai wanita menerima dengan tulus dan ikhlas pinangan Abdillah. Kemudian mahar sejumlah 3.000 USD pun diserahterimakan kepada orang tua laki-laki si mempelai wanita. Tampak hadir dalam acara tersebut, Walikota Bayt Lahiya, Dirjen Kementrian Transportasi, Perwakilan dari UIG (Universitas Islam Gaza), dan beberapa pejabat lainnya. Acara ditutup dengan doa, dilanjutkan makan manisan ala Gaza.
Keesokan harinya, Kamis 17 Februari 2011 tepat pukul 10.10 WG, bertempat di Mahkamah Pernikahan kota Jabaliya, Abdillah Onim mengucapkan Ijab Qabulnya. Bertindak sebagai wali dalam pernikahan tersebut adalah ayah mempelai wanita, dengan 2 orang saksi yaitu Shaikh Ya’kub Ismail Sulaiman dan Ibrahim Al-Hirthani. Abdillah tak kuasa menahan harunya, dengan suara nyaris tak terdengar deraian air mata membahasi pipinya tatkala mengucapkan ijab qabul. Resmilah Abdillah menyandang predikat sebagai seorang suami. Semua rekan-rekan relawan Indonesia memeluk Abdilah Onim, rasa bahagia dan haru menyelimuti semua relawan Indonesia. Subhanallah, Allah benar-benar menyayangi hamba-Nya.
Proses, pernikahan Abdillah juga diliput oleh berbagai media di Gaza, seperti Felesteen al ann dan Koran Risalah Palestina.
Sebagai seorang relawan yang bergabung di MER-C sejak tahun 1999, kehidupan Abdillah Onim memang sangat sederhana. Ia berasal dari sebuah daerah di wilayah Timur Indonesia yaitu Galela, kabupaten Halmahera Utara, provinsi Maluku Utara. Abdillah berangkat ke Gaza tujuh bulan yang lalu dengan meninggalkan ibu, keluarga, dan sanak familinya, begitu juga dengan pekerjaan yang menjadi penghidupannya sehari-hari. Tidak terbayang sedikitpun bahwa dia akan memperoleh istri warga Gaza.
Awalnya terasa berat tatkala pihak keluarga calon istri, meminta mahar sejumlah 3.000 USD. Tidak terbayang darimana uang sebanyak itu bisa dia siapkan. Sebagai seorang relawan yang bekerja tulus ikhlas, Abdillah memang sama sekali tidak mengharapkan imbalan atas apa yang dikerjakannya. Namun rekan-rekan sesama relawan Indonesia senantiasa men-support-nya, agar dia serahkan semuanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lima jam sebelum penyerahan mahar, uang yang dimiliki oleh Abdillah jauh dari mencukupi sejumlah tersebut.
Namun, Allah yang Maha Kaya, Allah-lah yang mencukupkan seorang hamba tatkala dia akan menikah sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. An Nuur [24] : 32)
"Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya." (HR. Ahmad 2 : 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya, tepat beberapa jam sebelum mahar diserahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rizki-Nya kepada sang hamba lewat sahabat-sahabat yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuannya. Abdillah sangat terharu dengan pertolongan dari Allah yang datang seketika dan tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah atas limpahan kasih sayang yang diberikan-Nya. Tak lupa pula ucapan terima kasih atas segala bantuan yang tak ternilai harganya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas segala kebajikan para sahabat, teman, saudara semuanya dengan balasan yang lebih baik lagi. (MER-C/NIA – Relawan Pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza)

*Bismillah..Bismillah..Bismillah..
Pengen Mengikuti Jejaknya...
Perbaiki Kualitas Diri Agan2 Smua... Biidznillah Biidznillah biidznillah..Innallohu ma ana.... Alloh Yang Maha HEBAT takkan berpaling dari Usaha dan doa yang Tulus...
Sumber :

Selasa, 01 November 2011

Kisah inspirasi untuk para istri dan suami *Recomended

Husbands Dream

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Jumat, 10 Juni 2011

Pasanganku Kok Begono...?

Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan hidup yang sholeh atau sholehah? Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping yang berakhlak baik? Seburuk apapun diri kita, pastinya kita ingin pasanganan hidup yang baik. Tetapi tidak setiap orang mendapati kenyataan ini dalam kehidupan.
 
Ada yang suaminya sungguh baik, tetapi istrinya galak, matre dan tukang gosip. Ada yang istrinya sholehah, tapi suaminya tukang mabuk, suka judi dan bersikap kasar. Atas fenomena ini, mungkin banyak yang bertanya-tanya, kok kesannya jadi nggak adil ya? Orang baik-baik, tapi dapet jodohnya begitu?
Memang jadi sulit dijelaskan. Tetapi jika ingin dipahami, inilah ujian Allah. Sesungguhnya Allah berkehendak membuka ladang amal yang seluas-luasnya bagi diri kita, lewat tingkah polah pasangan hidup kita, yang jauh dari harapan. Alhamdulillah, tidak usah cari jauh-jauh, ladang amal ada di depan mata. Karena pernikahan memang ladang amal soleh. Bagi wanitanya, pun bagi laki-lakinya. Maka bagi yang “tidak beruntung” dengan pasangan hidup yang tidak sholeh atau sholehah, mudah-mudahan tetap dapat memberi pelayanan yang terbaik bagi pasangannya, dengan harapan semoga mendapat ridho Allah dan semoga kelak mendapat derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, mari mengevaluasi diri. Apa sesungguhnya niat kita ketika hendak menikah? Mudah-mudahan, jawaban dari pertanyaan itu, dapat memperbaiki mood kita yang buruk karena pasangan hidup tidak sesuai harapan.

Jika benar kita meniatkan pernikahan sebagai ibadah atau sarana pengabdian kita kepada Sang Khalik, maka semestinya pelayanan kita terhadap pasangan hidup kita, tidak ada embel-embelnya. Artinya, mau dia bertingkah seperti apapun tidak jadi masalah, karena pasangan hidup hanya sarana untuk mengabdi kepada Allah. Fokus dan tujuan kita adalah Allah. Jika ternyata pasangan hidup kita adalah pribadi yang sholeh/ah, maka itu adalah bonus.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, sebelum berputus asa, mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Tidakkah kita terlalu meninggikan kriteria bagi pasangan hidup kita? Sikap berharap secara berlebihan terhadap pasangan hidup, berpotensi menyebabkan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Karena pola pikir yang tertanam dalam diri kita adalah menerima kebaikan, bukan keinginan untuk saling mengisi dan memperbaiki satu sama lain.
Semakin tinggi standard yang kita tetapkan, maka akan semakin besar potensi kita untuk kecewa. Karena semakin tinggi standard, semakin terlihat jelas jika terjadi hal-hal yang melenceng dari standard.
Memiliki harapan tinggi boleh-boleh saja. Tapi, sebelum kita bermimpi mendapatkan suami seperti Rasulullah, lebih baik kita berkaca diri, sudahkah kita seperti Ibunda Khadijah r.ha? Sebelum berharap memiliki istri seperti Fatimah Az-Zahra r.ha, lebih baik kita bercermin, sudahkah kita seperti Ali bin Abi Thalib r.a ?
Jadi, berprasangka baiklah kepada Allah, kemudian berserah diri. Jangan mendikte Allah tentang jodoh kita. Percaya, bahwa Allah memberi kita yang terbaik sesuai dengan penilaian Allah terhadap diri kita. Yakin, Allah tahu yang paling cocok untuk diri kita. Kemudian berserah diri dan bersabar dengan jodoh pilihan dari Allah. Insya Allah, ini akan lebih menenangkan batin dan membuka pintu keikhlasan..

Selasa, 01 Maret 2011

Pasanganku Kok Begono...?

Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan hidup yang sholeh atau sholehah? Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping yang berakhlak baik? Seburuk apapun diri kita, pastinya kita ingin pasanganan hidup yang baik. Tetapi tidak setiap orang mendapati kenyataan ini dalam kehidupan.

Ada yang suaminya sungguh baik, tetapi istrinya galak, matre dan tukang gosip. Ada yang istrinya sholehah, tapi suaminya tukang mabuk, suka judi dan bersikap kasar. Atas fenomena ini, mungkin banyak yang bertanya-tanya, kok kesannya jadi nggak adil ya? Orang baik-baik, tapi dapet jodohnya begitu?
Memang jadi sulit dijelaskan. Tetapi jika ingin dipahami, inilah ujian Allah. Sesungguhnya Allah berkehendak membuka ladang amal yang seluas-luasnya bagi diri kita, lewat tingkah polah pasangan hidup kita, yang jauh dari harapan. Alhamdulillah, tidak usah cari jauh-jauh, ladang amal ada di depan mata. Karena pernikahan memang ladang amal soleh. Bagi wanitanya, pun bagi laki-lakinya. Maka bagi yang “tidak beruntung” dengan pasangan hidup yang tidak sholeh atau sholehah, mudah-mudahan tetap dapat memberi pelayanan yang terbaik bagi pasangannya, dengan harapan semoga mendapat ridho Allah dan semoga kelak mendapat derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, mari mengevaluasi diri. Apa sesungguhnya niat kita ketika hendak menikah? Mudah-mudahan, jawaban dari pertanyaan itu, dapat memperbaiki mood kita yang buruk karena pasangan hidup tidak sesuai harapan.

Jika benar kita meniatkan pernikahan sebagai ibadah atau sarana pengabdian kita kepada Sang Khalik, maka semestinya pelayanan kita terhadap pasangan hidup kita, tidak ada embel-embelnya. Artinya, mau dia bertingkah seperti apapun tidak jadi masalah, karena pasangan hidup hanya sarana untuk mengabdi kepada Allah. Fokus dan tujuan kita adalah Allah. Jika ternyata pasangan hidup kita adalah pribadi yang sholeh/ah, maka itu adalah bonus.
Jika kita merasa tidak beruntung terhadap pasangan hidup kita, sebelum berputus asa, mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Tidakkah kita terlalu meninggikan kriteria bagi pasangan hidup kita? Sikap berharap secara berlebihan terhadap pasangan hidup, berpotensi menyebabkan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Karena pola pikir yang tertanam dalam diri kita adalah menerima kebaikan, bukan keinginan untuk saling mengisi dan memperbaiki satu sama lain.
Semakin tinggi standard yang kita tetapkan, maka akan semakin besar potensi kita untuk kecewa. Karena semakin tinggi standard, semakin terlihat jelas jika terjadi hal-hal yang melenceng dari standard.
Memiliki harapan tinggi boleh-boleh saja. Tapi, sebelum kita bermimpi mendapatkan suami seperti Rasulullah, lebih baik kita berkaca diri, sudahkah kita seperti Ibunda Khadijah r.ha? Sebelum berharap memiliki istri seperti Fatimah Az-Zahra r.ha, lebih baik kita bercermin, sudahkah kita seperti Ali bin Abi Thalib r.a?
Jadi, berprasangka baiklah kepada Allah, kemudian berserah diri. Jangan mendikte Allah tentang jodoh kita. Percaya, bahwa Allah memberi kita yang terbaik sesuai dengan penilaian Allah terhadap diri kita. Yakin, Allah tahu yang paling cocok untuk diri kita. Kemudian berserah diri dan bersabar dengan jodoh pilihan dari Allah. Insya Allah, ini akan lebih menenangkan batin dan membuka pintu keikhlasan.

Sabtu, 05 Februari 2011

Titik Balik Kedewasaanku Bermula Dari 20 Menit Yang Lalu (Saturday/5 Feb 11-19.30 wib)

Assalaamu'alaykuum Wr Wb...
Bingung Dengan Judul Diatas?
Hmm...
Wajar....

Yap, Saya sendiri Juga tdk menyangkanya, Betapa Tuhan Azza Wa Jalla Sangat indah dalam Menciptakanku...
Sebagai Manusia, dan Makhluk Sosial Yg Luar biasa..

Sekali lagi, ini hanyalah sharing dari pengalamanku saja, Yang Mungkin..

BAGI kalian, itu remeh temeh...
Dan mungkin ada Yang berujar :"ahh, aku mah juga sering udah kek gitu... etc.."

But its ok..

Hmm...
Yak, diawali dengan aktifitasku..seperti biasa Daku ngantor di salah satu lembaga Bimbingan Belajar d Jogja... sebut saja 'Primagama' Pamungkas...

Nah biasa pula, aku datang dan bekerja minimal 4 jam..karena daku blm lulus Kuliah di Fisipol UGM...Meski lagi bekerja extra utk My Skripsi juga ni...

Nah, aku pulang Jam 16.30...Langsung daku menuju ke Tempat Yg Ingin Kutuju yg lain...
Rumah Pak Wodo..
Beliau adalah Pengusaha Konveksi di Kawasan Banguntapan Bantul, tepatnya Utara Markas Bus Akas Jalan Wonosari...
Alhamdulillah ada Job Utk Mem3san 5000 kaos dari Kampus adikku...
Lumayan lah, dapat untung dikit dikit ..kali 5000.

Nah,s elesai ber transaksi dan ngobrol utara selatan dg Bu Wodo selaku manajer Operasional Libas Production..Daku pun Berencana Utk makan..di angkringan..sebelah Timur Perempatan Ringroad Jl. Wonosari, sisi selatan Jalan sebelum perempatan...
*(Nah bingung Loe... But klo Wong Djogdja pasti ga bingung..biasaan siih...xixii)
Nah ada menu sate usus dan sate ampela kesukaanku, plus teh hangat n Gorengan...and tentu nya..nasi Kucingnya  ^_^

Ga ada yg aneh disitu..
seperti biasa...Keramahan Wong Djogdja menghiasi, Pertanyaan.."saking pundi mas?" dan "monggo" pun renyah terucap...
asik nian jogja itu...warga lokalnya Ramah dan Care...
Ga seperti daerah Yg lain dan anak Kos yg sering mencemari adat d Jogja..dg ke Cuekkannya...

Nah Lalu..

Tidak Lama setelah itu, ada seorang kakek Kakek yang ujug ujug (Tiba Tiba datang) menghampiri...
DAN
Laa Ilaaha Illallah...
Itulah awal pertemuan Yang membuatku berbeda...
Mungkin mulai detik ini..ketika ku mengetik dari sebuah Warnet di Gowok Selatan Amplaz Jogja bernama 3 net.

Beliau bertanya : "mas semaki niku pundi nggih?"(mas Semaki itu mana ya?) sambil setengah menangis dan bertasbih selalu.... Astaghfirullah gitu Katanya...
saya pun Bingung setengah sadar...
Juga ibu ibu Yang jual angkringan...

Lalu ku jawab, "ooh Tebih mbah (oo Jauh mbah ) saking riki mangke teras mawon, wonten Perempatan RingRoad, mangke Simbah belok kanan teras mawon...Trs wonten Perempatan Ringroad Malih, belok Kiri "(dari sini nanti terus saja, ada per4an RingRoad nanti kakek belok Kiiri dan terus saja).." 
Gitu kataku, terus simbah itu berkata : waduh gusti Allah, kok adoh tenan..aduhh haduuh astaghfirullah"..
Trs sy pun menanyai beliau sembari berdiri dan menjelaskan dg lebih detail...
Simbah itu pun makin haru dan bingung...

Entah apa yg terjadi, tau tau sontak saja ku bilang "lenggah riyen mbah, ngunjuk riyen monggo"... Trs simbah itu kutanya... "Griyo ne Pundi Mbah? teng riki kaleh sinten? Putrane pundi?" sambil pesen Minum satu lagii sama simbok yg Jualan itu...

Lalu  "Nggih pun Mbah, mangke Kulo terke teng Griyo ne Jenengan, kulo tak nelaske le nedha rumiyen nggih, jenengan Ngunjuk2 Rumiyen"

Trs, setelah makan selelsai, saya bilang kalau harus pinjem Helm dulu, ke rumah Pak Wodo terlebih dahulu Karena beliau yg saya kenal terdekat dari situ, beliau juga tokoh di masyarakat sekitar..

Trs Simbah itu pun naik k Motor..
Sambil berkata, ngati ati nggih jenenngan..alhamdulillah..alhamdulillah...astaghfirullah...
Itu yg selalu diucapkannya....

Ksihan..sungguh kasihan..
(dalam hatiku, kemana anak anak beliau??) tapi itu Ku pendam dalam hatii..rapat rapat..Jauh Jauh...

Lalu ku sampai ke Rumah Pak Wodo, d temui oleh Bu Wodo dan langsung Ku Pinjem Helm satu, dan beliau pun kaget krn tahu Sy mau nganter Simbah tsb ke  Sekitar Mandala Krida, tepatnya Semaki....

NahSetelah itu, 
Lalu ku Antar bagai seorang ojek...ke tempat Tujuan..

d Sepanjang Jalan, bapak / Simbah itu selalu mengucapkan terima aksih padaku, menanyakan namaku dan mendoakanku..mengucapkan Hamdallah, Tasbih dan lain lain....

Luar Biasa batinkuu....
Mulia sangat Simbah ini..

Sepanjang Jalan, Beliau pun selalu menanyakan, "sampun dugi pundi mas niki, kulo niki lalen jhe mas.." (sudah sampai mana mas, saya itu pelupa).. selalu itu yg ditanyakan ketika saya masuk ke dalam Jalan yg berbeda atau per4an Jalan Besar...

Simbah itu selalu kebingungan..selalu seperti itu...

Akhirnya, sampai pulake SMU ku dulu, Yg sudah dekat dg Stadion Mandala Krida. SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta..Tempatku belajar dan Gila bersama temen2...
Karena bingung, Kutanya beliau pasti berubah jawabannya...
(ketika kutanya dekat dg Mandala Krida atau Taman makam Pahlawan) beliau Bilang dekat dg Taman Makam..setelah sampai sana, beliau Bilang dekat Mandala Krida...
T_T
Bingung ni hati..

Akhire ku tanya kan ke Tukang becak..
becak tsb Langsung menunjukkan arah, ooh nek bapakke rumahe sana mas (sambil nunjuk ke Arah semaki Kulon - Barat Mandala Krida)...Alhamdulillah batinku..lalu kutanya Nama Kakek Tsb dan beliau menjawab namanya "pak Budi"

Akhirnya sampai juga di daerah Yg d Tuju, lalu Ku bertanya Pada Ibu Ibu yg jualan, Mereka langsung Menyuruh saya berhenti dan menurunkan Bapak itu..

Saya pun kaget..krn Rumahnya Blm ketahuan..

Lalu blm sempat ku bertanya pada ibu itu, Simbah itu menyalami saya..matur nuwun mas, sugeng mas nambah sedhulur kulo..Trs ku meminta doa Simbah kakung itu u mendoakan Kuliah ku, Kesehatanku dan REzeki ku..dan Bapak itu mendoakan dg cara yg takjub sampai hati ini mau menangis..

Dan yg lebih menyayat hatiku ada;lah cerita Ibu tetangga nya tsb,
Yg berkata : "Mas pun dugekke teng riki mawon, bapakke niki nggih ngoten biasane.." (Mas turunkan saja, Bapaknya ini emang biasanya gini)..
Trs saya bertanya " Lah griyane pundi bu?" 
Ibu itu berkata: "Bapakke ki pikun mas, anakke mung siji we ra nggenah, turune sak  turu turu ne" (Bapak ini pikun mas, anaknya cuma satu dan tidak karuan, tidure (anakke) ya se tidur tidurnya)" Y Alloh Kataku...

Terus Akhirnya Kutitipkan Bapak itu ke Warga Yang akan mengantarkannya ke MAsjid atau Musholla utk beristirahat...
Daku pun memesankan minum utk Bapak Tersebut sambil nanya nanya dan Titip Pd warga sekitar semaki yg memang sebagian sudah tau dg Bapak2 itu, dan tahu nya Bapak2 itu dulu memang pernah ngontrak k Rumah Warga 2 Thn, namun sdh tdk lagi dasn hidup Menggelandang...
MasyaALLoh,,,

Betapa Nestapa nya beliau Yg menganggapku Seperti anaknya sendiri dan ketika d Pjalanan Banyak berkata sperti itu...

Saya Pun berfikir..dan merenung...
Apa Hikmahnya...??? Apa Ibroh nya???

Luar Biasa...

Ku tahu, saka tlah d temukan oleh Malaikat penghuni Bumi yg d Turunkan Tuhan Yg tlh merubah Keadaanku , cara Berfikirku, Kesombongan ku dan apa apanya...

Malaikat  itu, Ya Simbah itu..,

InsyaAlloh akan Ku cari tahu Cara mendaftar ke Dinas Sosial DIY dan Membawa Bapak itu ke Dinas..
--------------------
Dari Kejadian Sesungguhnya, Beberapa Waktu Yg Lalu...
Sabtu 5 Februari 2011, Menulis 20.15 wib Utk kejadian Pukul 17.30 tadi...

*Apa Makna dan Ibrohnya nya Sahabat???

<=> Anda berkata, Bahwa saya ini aneh, pengen dihargai atau Congkak? Mungkin Begitu...
Tapi saya akan menganggap anda aneh...
Karena apa? Inilah kita !!

Inilah kita Yang Sombong...
Kadang, Kita cuek melihat hal Yang kita anggap Sepele...
Kadang, Kita sibuk akan Ibadah Kita sendiri..Sholat sendiri, ke Gereja sendiri, Ke Pura sendiri dsb..
Kadang, Kita bersikap kita lah Ahli Surga, dan Tak Butuh Orang Lain...

Tidak Kawand...
Sebagai contoh Kecil, karena saya seorang Muslim..
)( Begitu Banyak dari kiita yg Secara Fisik dans emoga secara Hati juga.. sudah mencerminkan Muslim sejati (terlepas dari apapun itu), Dengan Baju khas Pak Haji, Janggut dan Brewok dsb..
Namun utk Menyapa Simbah Simbah saja, enggan atau Dalam Niaga, Msaih banyak diantara Kita dan Saudara kita yang Utk senyum saja sangat sulit...
Emang? Apa susahnya Senyum...

Senyum lah, Sapalah Salam lah..
Pada siapapun...
Pada Rekan, Temen Gentho, Simbah2 Yg lewat, anak anak, temen2 remaja dan temen2 kampung, siapapun juga, baik yg d katakan Mahrom atau bukan (maaf saya bukan ahli agama sebagaimana yg lain).. Namun utk sekedar menyapa, berbuat baik, menanyakan kabar keluarga dsb...

Jika itu ada, Maka Jiwa sosial Pun akan menyerap pada masyarakat sahabat sekalian...

Kenapa Itu susah?
Karena kita sudah ter fokus dg Komunitas Kita..komunitas Religius Kita, sehingga berbagai dogma dan pola fikir yg berbeda (yg seringkali, kita merasa kita yg terbaik-meski amat tdk kita sadari) dan menjadikan kita seolah olah terpisah dg Masy yg kadang malah Lebih Care daripada kita...Yg seharusnya kita lah Juru selamat Dunia, Umat Yg terbaik...

Namun dari segi sosial Masih banyak yg Hrs Kita perbaiki..

Nyuwun Pangapunten Jika Tidak Sependapat,,
Saya tdk suka berdebat keras, Tdk Suka ber keras Hati, Tdk Suka berperang Dalil Yg kadang Justru membuat Kita Malah Sombong Yang Sering terlupakan Esensi nya...(Berbeda saat kita bertanya Utk landasan Hukum ya)..

Tapi, Klo d Inget...
Alhamdulillah Bener di beri hari ini Oleh Tuhan Yg Maha Pengatur, maha Hebat...
yang Jika bisa Ku ambil Gambar tadi sore, Kuingin ambil sebagai Kenangan atas Ibroh Luar Biasa ini

i love my God, i love my self

Akhirnya Ku simpulkan, 

*Kedewasaan Itu,
Berawal Dari Kepekaan Sosial Yang Tinggi Dan Pengertian
Dan Rasa Itu Hanya Akan Dapat Kita Miliki Saat Kita Senang Melakukannya Dg Hati



Wassalaamu'alaykuum wr wb