Tampilkan postingan dengan label Tarbiyah Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tarbiyah Islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Januari 2015

Mengapa Yahudi Pintar ?” ; Ambil yang Baik Buang yang Buruk

DALAM Qur’an, tertulis bahwa kebanyakan dari golongan Yahudi ialah diberi karunia berupa kepintaran akal. Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar ?”
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan..
Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.”
 
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.


Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun ke belakang,” katanya.Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Di samping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik . Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus mempraktikkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya, dan bagaimana dengan di negeri kita? Apa syarat kelulusan? Banyak yang hanya dengan syarat mencapai nilai 60 saja, bahkan ada beberapa yang hanya cukup dengan nilai 55 saja, dan malah banyak yang di katrol. Praktek Kerja Lapangan hanya sekedarnya, tidak benar-benar memikirkan sebuah proyek yang berguna bagi umat. Setidaknya, ini yang harus kita cermati dan perbaiki.

Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin? 

Sumber: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=en&id=14583&type=9#.VJpuCSugA

Jumat, 09 Januari 2015

Ketika Iblis berkata jujur pada Nabi Muhammad

Berasa blm bisa jd hamba Allah yg baik setiap habis baca ini, selalu saya ulang baca dan bikin nangis, maaf ya Allah... maaf.. 
Semoga tulisan kecil ini bermanfaat ..
Salam Saka Prayitno Putro, S.Sos
9 januari 2015

Suatu ketika Allah SWT memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis agar menghadap Baginda Rasul saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disuka maupun yang dibencinya. Hal ini dimaksudkan untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad saw dan juga sebagai peringatan dan perisai umat manusia.

Kemudian Malaikat itupun mendatangi Iblis dan berkata : “Hai Iblis! Engkau diperintah Allah untuk menghadap Rasulullah saw. Bukalah semua rahasiamu dan jawablah setiap pertanyaan Rasulullah dengan jujur. Jika engkau berdusta walau satu perkataanpun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat pedih”.

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan, maka segera ia menghadap Rasulullah saw dengan menyamar sebagai orang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai yang panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam sampai 3 (tiga) kali salam, Rasulullah saw tidak juga menjawabnya, maka Iblis berkata : “Ya Rasullullah! Mengapa engkau tidak menjawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?” Maka jawab Nabi dengan marah : “Hai musuh Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Jangan kau coba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam as sehingga beliau keluar dari syurga, kau hasut Qabil sehingga ia tega membunuh Habil yang masih saudaranya sendiri, ketika sedang sujud dalam sembahyang kau tiup Nabi Ayub as dengan asap beracun sehingga beliau sengsara untuk beberapa lama, kisah Nabi Daud as dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wa jalla, tapi aku diharamkan Allah menjawab salammu. Aku mengenalmu dengan baik wahai Iblis, Raja segala Iblis. Apa tujuanmu menemuiku?”.

Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Engkau dapat mengenaliku karena engkau adalah Khatamul Anbiya. Aku datang atas perintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam as hingga akhir zaman nanti. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, aku tidak berani menyembunyikannya”.

Kemudian Iblispun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata : “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatahpun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu”.

Ketika mendengar sumpah Iblis itu, Nabipun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah kesempatanku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar seluruh sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai seluruh umatku.

Pertanyaan Nabi (1) :

“Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?”

Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara musuh-musuhku di muka bumi ini”.

Kemudian Nabipun memandang muka Iblis dan Iblispun gemetar karena ketakutan. Sambung Iblis : “Ya Khatamul Anbiya! Aku dapat merubah diriku seperti manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suarapun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Andaikan aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu.

Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu juga aku berusaha menarik mereka kepada kekafiran, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan yang benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku”.

Pertanyaan Nabi (2) :

“Hai Iblis! Apa yang kau perbuat terhadap makhluk Allah?”

Jawab Iblis : “Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, berbuai dengan makanan dan minuman, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda, emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan yang haram.

Demikian juga ketika pesta di mana lelaki dan perempuan bercampur. Di sana aku lepaskan godaan yang besar supaya mereka lupa peraturan dan akhirnya minum arak. Apabila terminum arak itu, maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga perbuatan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.

Apabila mereka sadar akan kesalahan mereka lalu hendak bertaubat dan berbuat amal ibadah, akan aku rayu supaya mereka membatalkannya. Semakin keras aku goda supaya mereka berbuat maksiat dan mengambil isteri orang. Jika hatinya terkena godaanku, datanglah rasa ria’, takabur, iri, sombong dan melengahkan amalnya. Jika lidahnya yang tergoda, maka mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat”.

Pertanyaan Nabi (3) :

“Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambah laknat yang besar dan siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?

Jawab Iblis : “Semuanya itu adalah anugerah dari Allah Yang Maha Besar. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa diriku telah beribu-ribu tahun menjadi Ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke langit yang lebih tinggi. Kemudian aku tinggal di dunia ini beribadah bersama para Malaikat beberapa waktu lamanya.

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan manusia yang pertama (Nabi Adam as) dan seluruh Malaikat diperintah supaya memberi hormat sujud kepada lelaki itu, hanya aku saja yang ingkar. Oleh karena itu, Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu berubah menjadi keji dan menakutkan. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikaruniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itupun aku masih belum puas dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga hari kiamat kelak.

Sebelum engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia, tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadah dan balasan pahala serta syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia dan memberitahu manusia yang lain tentang apa yang sebenarnya aku dapatkan dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid’ah dan kehancuran.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak diijinkan oleh Allah untuk naik ke langit dan mencuri rahasia karena banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku memaksa untuk naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu, maka semakin beratlah pekerjaanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut manusia”.

Pertanyaan Nabi (4) :

Rasullullah bertanya “Hai Iblis! Apa yang pertama kali kau tipu dari manusia?”

Jawab Iblis : “Pertama kali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir dan juga dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, akan aku tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikuti kemauanku”.

Pertanyaan Nabi (5) :

“Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, apa yang terjadi padamu?”

Jawab Iblis : “Sungguh penderitaan yang sangat besar. Gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku, maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda manusia pada setiap anggota badannya.

Beberapa iblis datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, lupa bilangan raka’atnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, hilang khusyuknya, matanya senantiasa melirik ke kanan dan ke kiri, telinganya senantiasa mendengar percakapan orang dan bunyi-bunyi yang lain.

Beberapa iblis yang lain duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya tidak kuat sujud berlama-lama, penat waktu duduk tahiyat dan dalam hatinya selalu merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, itu semua membuat berkurangnya pahala. Jika para iblis tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan hukuman yang berat”.

Pertanyaan Nabi (6) :

“Jika umatku membaca Al-Qur’an karena Allah, apa yang terjadi padamu?”

Jawab Iblis : “Jika mereka membaca Al-Qur’an karena Allah, maka terbakarlah tubuhku, putuslah seluruh uratku lalu aku lari dan menjauh darinya”.

Pertanyaan Nabi (7) :

“Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?”

Jawab Iblis : “Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya”.

Pertanyaan Nabi (8) :

“Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?”

Jawab Iblis : “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya buatku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatat dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam memohonkan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemudian orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya dan dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa, barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasanya”.

Pertanyaan Nabi (9) :

“Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”

Jawab Iblis : “Seluruh sahabatmu termasuk musuh besarku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satupun tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata : “Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk”.

Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Lagipula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Sayyidatina Aisyah yang juga banyak menghafal Hadits-haditsmu.

Adapun Sayyidina Umar bin Khatab, aku tidak berani memandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah seluruh tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan : “Jikalau ada Nabi sesudah aku, maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.

Sayyidina Usman bin Affan, aku tidak bisa bertemu karena lidahnya senantiasa membaca Al-Qur’an. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak 2 (dua) kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang menghampiri dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan : “Barangsiapa menulis Bismillaahirrahmaanirrahiim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid”.

Sayyidina Ali bin Abi Thalibpun aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadah dan beliau adalah golongan orang pertama yang memeluk agama Islam serta tidak pernak menundukkan kepalanya kepada berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu” dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata : “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya”. Lagipula dia menjadi menantumu, aku semakin ngeri kepadanya”.

Pertanyaan Nabi (10) :

“Bagaimana tipu dayamu kepada umatku?”

Jawab Iblis : “Umatmu itu ada 3 (tiga) macam. Yang pertama, seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril as : “Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat”. Yang kedua, umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal saleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga, umatmu seperti Fir’aun, terlampau tamak dengan harta dunia dan dihilangkan amal akhirat, maka akupun bersuka cita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku ajak kemana saja mengikuti kemauanku. Jadi dia selalu bimbang kepada dunia dan tidak mau menuntut ilmu, tidak pernah beramal saleh, tidak mau mengeluarkan zakat dan malas beribadah.

Lalu aku goda agar manusia minta kekayaan lebih dulu dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka aku rayu supaya lupa beramal, tidak membayar zakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia selalu bimbang akan hartanya dan berangan-angan hendak merebut kemewahan dunia, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk kemaksiatan”.

Pertanyaan Nabi (11) :

“Siapa yang serupa denganmu?”

Jawab Iblis : “Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang yang belajar agama Islam”.

Pertanyaan Nabi (12) :

“Siapa yang membuat mukamu bercahaya?”

Jawab Iblis : “Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu dan suka ingkar janji”.

Pertanyaan Nabi (13) :

“Apa yang kau rahasiakan dari umatku?”

Jawab Iblis : “Jika seorang Muslim buang air besar dan tidak membaca do’a terlebih dahulu, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari”.

Pertanyaan Nabi (14) :

“Jika umatku bersatu dengan isterinya, apa yang kau lakukan?”

Jawab Iblis : “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya dan membaca do’a pelindung syaitan, maka aku lari dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak, maka anak itu akan gemar berbuat maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku santap makanannya lebih dulu daripadanya. Walaupun mereka makan, tidaklah mereka merasa kenyang”.

Pertanyaan Nabi (15) :

“Apa yang dapat menolak tipu dayamu?”

Jawab Iblis : “Jika berbuat dosa, maka cepat-cepatlah bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah, segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya”.

Pertanyaan Nabi (16) :

“Siapakah orang yang paling engkau sukai?”

Jawab Iblis : “Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu”.

Pertanyaan Nabi (17) :

“Hai Iblis! Siapakah saudaramu?”

Jawab Iblis : “Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka di waktu Subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat”.

Pertanyaan Nabi (18) :

“Apa yang dapat membinasakan dirimu?”

Jawab Iblis : “Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Qur’an dan sholat tengah malam”.

Pertanyaan Nabi (19) :

“Hai Iblis! ?” Apa yang dapat memecahkan matamu?”

Jawab Iblis : “Orang yang duduk di dalam masjid dan beri’tikaf di dalamnya”.

Pertanyaan Nabi (20) :

“Apa lagi yang dapat memecahkan matamu?”

Jawab Iblis : “Orang yang taat kepada kedua ibu bapaknya, mendengar kata mereka, membantu makan, pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda : Syurga itu di bawah tapak kaki ibu”.

(Dikutip dari : KH. Abdullah Gymnastiar, Muhasabah Kiat Sukses Introspeksi Diri, Penerbit Difa Press, September 2006)

Kamis, 25 Desember 2014

Toleransi dan Ucapan Selamat Natal

NAH , dari Gambar sederhana ini, pasti ita bisa memahami maksudnya :)

So ??
Selamat Liburan saja deh ya :)

Senin, 02 Juni 2014

Momen Sangat Menyentuh, Sikap Hormat Prabowo pada Kubu Jokowi di KPU

Jakarta - Pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta kompak mengenakan kemeja putih dan peci hitam. Keduanya datang di KPU, pukul 14.00 WIB, Minggu (1/6/2014), untuk mengambil nomor urut.

Prabowo-Hatta didampingi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Sekjen PPP Romahurmuziy, dan petinggi partai koalisi lainnya.

Saat memasuki ruang lantai 2 Kantor KPU, ketika sidang pleno pengambilan nomor urut digelar, Prabowo-Hatta menyambangi kubu Jokowi-JK, dan langsung mengambil sikap hormat.

Namun saat hormat dan bersalaman, Mega tak membalasnya. Mega hanya bersalaman sambil duduk.

Prabowo-Hatta melanjutkan bersalaman dengan Jokowi, JK, Surya Paloh, Cak Imin, Sutiyoso, Khofifah. Prabowo juga memberi hormat kepada bekas atasannya yang mendukung Jokowi, Luhut Pandjaitan.

Dalam kesempatan itu, sambil tersenyum Jokowi terlihat terpana dan kagum melihat kedatangan Prabowo. Tak hanya Jokowi, Ketum NasDem juga terlihat melakukan hal yang sama.

Kemudian Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta langsung menuju tempat yang sudah disediakan KPU dan duduk secara berdampingan.

Seperti diketahui, hari ini KPU menjadwalkan pengambilan nomor urut calon presiden dan wakil presiden. Acara ini dimulai tepat pada pukul 14.00 WIB. [yeh/inilah] 





Source : 


---***---
Ketahuan mana yang bersikap Ksatria , mana yang tidak ..
Yang satu memberi hormat yang satu tetap duduk dengan sombongnya ..

Kamis, 06 Maret 2014

Opening Album bangkitlah negeriku - Shoutul harokah

10 tahun terakhir …4 kali nahkota bahtera negeri ini berganti
10 tahun terakhir… pemegang amanat semakin tidak bisa dipercaya , mereka semakin rakus merampas hak-hak rakyat jelata
10 tahun terakhir… malapetaka selalu menghantam negeri ini ( tsunami, banjir, longsor dan bermacam penyakit silih berganti ) merontokkan anak anak negeri
10 tahun terakhir… orang-orang lapar dan orang -orang menganggur semakin tidak tehitung jumlahnya
10 tahun terakhir… kemaksiatan dan tindak kejahatan sangat sulit dihentikan, rasa malu dan rasa peduli terasa semakin menjauh

Adakah harapan dan asa di negeri ini?
Mungkinkah Allah berkenan untuk mencurahkan berkah dan rahmatNya?
Apakah kita berhak untuk berkuasa dan memimpin negeri ini?
Pantaskah kita melayani orang-orang yang bosan dengan janji-janji para PENIPU?

Ingatlah saudaraku,
Arah dan tujuan kita jangan berubah!
Langkah harus semakin tegap!
karena perubahan adalah kepastian!
Bangkitkan semangat dan rebut setiap peluang!
jangan sibuk dengan hal yang tidak penting!
Lenyapkan keraguan!
dan yakinlah Allah pasti membimbing kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki

http://adf.ly/221689/shoutul-harokah---opening-album

http://mp3albumnasyid.blogspot.com/2012/10/shoutul-harokah-bangkitlah-negeriku-12.html

Selasa, 04 Maret 2014

Dakwah Itu Menanam Sebelum Memanen

Dakwah itu Menanam Sebelum Memanen
By: Nandang BUrhanudin
****

Wawasan petani karbitan, selalu mengambil gampangnya. Tak peduli tanah punya orang. Ia main babat dan melakukan pembakaran lahan. Akibatnya, sangat fatal! Tanaman yang ada di tanah -yang bukan miliknya tadi- turut dilahap api. Api melahap tanpa ampun. Asap membumbung tinggi. Efeknya sangat dahsyat! Kawasan padat penduduk diserang badai asap. Akhirnya semua tidak bisa beraktivitas. Kalaupun keluar rumah harus belanja masker.

Petani karbitan ini biasanya petani yang baru mengikuti pelatihan cocok tanam organik. Dianggapnya kebiasaan petani si pemilik lahan sudah kuno. Tidak sehat lagi. Boros. Juga tidak sesuai dengan juklak dari penyuluh pertanian pusat. Prinsipnya, lahan harus diganti. Tanaman apapun yang di atasnya harus dimusnahkan. Padahal tak lama akan membuahkan hasil, dan pemilik lahan akan segera panen. Si petani karbitan tidak sadar diri, bahwa ia pun masih memakan nasi dari beras yang padinya ditanam dengan pupuk urea. Ayam yang dimakan masih ayam yang menggunakan pakan kimia. Bahkan rokok yang ia hisap adalah rokok yang diproduksi dari tembakau yang disemprot bahan kimia. Pokoknya, semua petani harus mengubah trdisi yang tidak sesuai dengan intruksi pusat. Ditanya dari siapa intruksi pusat itu? Ia tak bisa jawab. Apa kualifikasi sang instruktur pusat? Ia pun hanya mengatakan, tunggu saja kedatangannya! Seorang instruktur pertanian yang canggih. Ilmunya mendalam. Layak disebut saintis mutlak.

****

Sahabat, semangat yang tercerabut dari realita adalah semangat yang membumbung tinggi ke angkasa. Namun sangat membahayakan. Terlebih semangat yang bersumber dari kobaran api emosi. Apatah lagi dari doktrin-doktrin para instruktur, yang sama-sama instruktur karbitan.

Di medan dakwah pun kita akan sama-sama melihat dan merasakan, kehadiran para pengklaim kebenaran mutlak di tangannya. Lalu mereka membakar sisi-sisi sensitif dengan doktrin-doktrin yang jauh dari model dakwah baginda Rasul. Beliau berdakwah jelas segmentasinya. Lahan dakwah bermula dari kerabat terdekat, keluarga tercinta, kemudian orang-orang yang menjadi tanggungan. Materi dakwahnya bukan halal-haram, lantas mengkufur-kufurkan. Dakwah beliau dilandasi cinta dan kasih sayang. Menyentuh sisi-sisi kejiwaan manusia yang terdalam. Jiwa ingin diperlakukan manusiawi.

Lalu bagaimana dengan model dakwah yang tidak pernah menanam, tapi ingin ikut memanen? Perjuangan yang sayup terdengar mengkafirkan, namun nyaring memprotes saat jatah hidupnya berkurang? Dakwah yang hanya besar di tataran pemikiran. Namun kosong di tataran akhlak, moralitas, dan tercerabut dari realitas. Dakwah yang meniadakan jihad. Anehnya masih mengklaim jalan hidupnya yang terbaik.

Tugas kita terus berhati-hati! Karena biasanya perjuangan yang hanya memanen tak mau menanam, adalah perjuangan kolonial menancapkan hegemoninya di dunia Islam! Sebaliknya membuat keruh suasana di kalangan Islam sendiri.


Biidznillah 

Jumat, 21 Juni 2013

PKS : Belajarlah Dari Ikhwanul Muslimin


By: Nandang Burhanudin
****

Ikhwanul Muslimin kini, menjadi satu-satunya gerakan Islam yang fikroh dan pengaruhnya mendunia. Sukses bukan hanya sekedar meraih kekuasaan, tapi juga sukses karena merebut simpatik dan dukungan masyarakat yang makin hari makin luas. Ikhwanul Muslimin benar-benar memahami pesan Syaikh Al-Ghazali, "Menaklukkan hati masyarakat jauh lebih sulit daripada menaklukkan negara. Karena jika sukses menaklukkan masyarakat, negara bisa diformat ulang."

Terbukti, walau Presiden Moursi tidak meraih single majority saat Pilpres, tapi kerja dan kinerja yang ditampilkannya telah menghipnotis semua kalangan. Bahkan ciri dari kesuksesannya adalah; saat Israel didukung kaum Liberal-Sekuler-elemen muslim ambigu, berusaha merongrong dan terus mengganggu kepemimpinan Moursi dengan isu-isu yang berbeda tapi berujung sama: TURUNKAN Moursi! Hal ini sesuai dengan pesanan dari Panglima Militer Israel, "Jika Ikhwanul Muslimin berkuasa, maka wajib bagi kami melengserkan dari kekuasaan."

Anehnya, kendati media  90 % dikuasai kaum Liberal-Sekuler, polisi-jaksa masih antek-antek rezim Mubarak, bahkan hakim dan pengadilan adalah pelayan setia Mubarak, realita di masyarakat adalah jumlah dukungan kepada Ikhwanul Muslimin. Pertanyaan kita adalah, apa yang membuat dukungan itu teramat solid? Menurut hemat saya, jawabannya adalah:

Pertama: Ikhwanul Muslimin benar-benar mampu mengapresiasi peran dan gerakan personal (individu).

Peran personal tidak bisa dinafikan. Mutlak dibutuhkan semua kalangan, terlepas apakah itu yayasan, ormas, parpol, ormas berasa parpol, hingga elemen terkecil RT-RW/DKM dll.

Setiap personal yang bergabung atau sekedar simpatik dengan jamaah Ikhwanul Muslimin, akan difungsikan secara efektif untuk melakukan peran-peran penyebaran fikroh Islam moderat yang diusung IM. Tanpa peran personal, maka fikroh apapun akan sekedar indah di tataran spanduk atau jargon-jargon. Namun sepi peminat dan dijauhi masyarakat.


Peran tersebut adalah:
=> Aksi rabthul 'aam (mengikat masyarakat umum) di level tetangga, keluarga, rekan kerja, kawan olahraga, atau teman-teman sehobi agar menjadi muhibbin (pendukung fikroh) IM.

=> Aksi dakwah fardiyah, yaitu peran untuk memperkenalkan pintu masuk objek-objek dakwah tentang perjuangan dakwah yang universal dan integratif.

Kedua aksi ini sangat efektif dalam meraih dukungan baik jangka pendek atau jangka panjang. Dalam jangka pendek, terbukti personal-personal inilah yang menjadi lumbung suara atau diistilahkan sebagai syajaratul ashwaat (mata rantai pohon suara). Personal ini pula yang berperan memperkenalkan calon-calon, bahkan menemani masyarakat ke TPS-TPS terdekat.

Kedua; Ikhwanul Muslimin sukses membidik seluruh elemen, lembaga, bahkan profesi yang ada di masyarakat.

Pembinaan IM telah dimulai sejak TK/Tadika, SMP, SMA, PT, bahkan hingga ikatan profesi atau buruh/karyawan. Bahkan IM telah merebut hati PNS, guru, polisi, militer, hingga sopir di semua levelnya. Bagi IM, semua profesi yang ada di masyarakat adalah mulia. Kaum profesional itu membutuhkan pembina yang bisa memberikan keteladanan, nilai-nilai ruhiah, atau pendalaman keislaman yang tulus. Sebagai imbalan, kaum profesional memberikan cinta dalam kerja yang dibingkai keharmonian. Hasilnya sangat signifikan, simpatik itulah yang membuat nilai materi kampanye IM sangat murah-meriah-dan ramah.

Ketiga: Ikhwanul Muslimin menjadikan khidmah ijtima'iyyah (pelayanan sosial) sebagai kampanye utama di masyarakat.

Bentuk gerakan khidmah sosial ini berbeda, tergantung situasi-kondisi-daerah- bahkan target yang ingin dicapai. Jika program berkaitan dengan pelayanan kebersihan, maka kampanyenya adalah: Hayyaa Nunadzzhif Mashr (Yuk kita Bersihkan Mesir!). Begitu seterusnya hingga aksi baksos-pasar murah-atau pelayanan kesehatan yang riil berupa RS-Rumah Bersalin-Klinik yang gratis, hingga beasiswa murni bagi pelajar dhu'afa dan miskin.


Pelajaran aksi-aksi IM ini, telah membuat semua kader dari semua level sibuk dengan kerja nyata. Tidak ada waktu untuk menjawab fitnah dengan emosi. Apalagi melawan aksi anarkis dengan anarki. Pelajaran yang sangat berarti bagi PKS, jika Pemilu 2014 ingin menjadi no. 3. Karena emas murni itu akan selalu bisa dibedakan, dengan kuningan kendati sama-sama berwarna kuning. 

Khutbah Iblis


Iblis berkhutbah…??, Benar…ia berkhutbah…bahkan khutbah yang paling menyentuh hati…tidak ada khutbah yang menyentuh hati sebagaimana khutbah Iblis ini.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، قَامَ إِبْلِيْسُ خَطِيْبًا عَلَى مِنْبَرٍ مِنْ نَارٍ ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ
“Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya…” (Tafsiir At-Thobari 16/563)

Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

يُخْبِرُ تَعَالَى عَمَّا خَطَبَ بِهِ إِبْلِيْسُ أَتْبَاعَهُ، بَعْدَمَا قَضَى اللهُ بَيْنَ عِبَادَهُ، فَأدخل المؤمنين الجنات، وأسكن الكافرين الدركات، فقام فيهم إبليس -لعنه الله -حينئذ خطيبا ليزيدهم حزنا إلى حزنهم (4) وغَبنا إلى غبْنهم، وحسرة إلى حسرتهم

“Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya, yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam. Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di atas penyesalan….” (Tafsiir Al-Qur’an Al-’Adziim 4/489)

Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat menegangkan…tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam…tatkala mereka telah melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka…!!!

Khutbah tersebut…

Benar-benar masuk ke dalam hati para pengikut Iblis…,

Khutbah yang mengalirkan air mata mereka…

khutbah yang benar-benar telah menyadarkan mereka akan kesalahan-kesalahan mereka…

Khutbah yang menyadarkan mereka bahwasanya selama ini mereka hanya terpedaya oleh sang pemimpin…sang khotiib…Iblis la’natullah ‘alaihi

Allah menyebutkan khutbah Iblis yang sangat menyentuh tersebut:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٢)وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ (٢٣)

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih”.
Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka” (QS Ibrahim : 22-23)

Demikianlah khutbah Iblis tersebut….setelah ia menggoda manusia…setelah menipu mereka…setelah menjerumuskan mereka dalam neraka…setelah tercapai cita-citanya…lalu…

    Iapun berlepas diri dari para pengikutnya. Ia sama sekali tidak mau bertanggung jawab atas godaan-godaannya…

    Bahkan ia sama sekali tidak mau disalahkan dan dicela…akan tetapi ia menyuruh mereka (para pengikutnya) untuk mencela diri mereka sendiri…

    Bahkan ia mengaku sejak dulu kufur/ingkar terhadap kesyirikan yang dilakukan oleh pengikutnya…

Yang lebih menjadikan para pengikutnya tersentuh, Iblis menutup khutbahnya dengan menyatakan bahwa “Sesungguhnya orang-orang zalim mendapatkan siksaan yang pedih”…lalu Iblis menyebutkan tentang kenikmatan penduduk surga, yaitu orang-orang yang tidak mau menjadi pengikut Iblis…!!!

Sungguh kehinaan dan kesedihan yang tidak bisa terbayangkan dalam hati para penghuni neraka tatkala mendengar khutbah dari sang pemimpin…

Semoga Allah menjaga kita dari rayuan Iblis…jangan sampai kita termasuk dari orang-orang yang tersentuh karena kutbah Iblis ini….orang-orang yang tatkala di dunia tidak tersentuh oleh nasehat-nasehat, tidak tergerak hati mereka tatkala mendengar pengajian-pengajian dan khutbah-khutbah…hati mereka hanyalah tergerak dan tersentuh tatkala mendengar khutbah Iblis….wal’iyaadzu billah.

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 14-02-1434 H / 27 Desember2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
http://www.firanda.com

Senin, 22 April 2013

Lagu CINTA KERJA HARMONI

Dakwah itu Menanam Sebelum Memanen
By: Nandang BUrhanudin
****

Wawasan petani karbitan, selalu mengambil gampangnya. Tak peduli tanah punya orang. Ia main babat dan melakukan pembakaran lahan. Akibatnya, sangat fatal! Tanaman yang ada di tanah -yang bukan miliknya tadi- turut dilahap api. Api melahap tanpa ampun. Asap membumbung tinggi. Efeknya sangat dahsyat! Kawasan padat penduduk diserang badai asap. Akhirnya semua tidak bisa beraktivitas. Kalaupun keluar rumah harus belanja masker.

Petani karbitan ini biasanya petani yang baru mengikuti pelatihan cocok tanam organik. Dianggapnya kebiasaan petani si pemilik lahan sudah kuno. Tidak sehat lagi. Boros. Juga tidak sesuai dengan juklak dari penyuluh pertanian pusat. Prinsipnya, lahan harus diganti. Tanaman apapun yang di atasnya harus dimusnahkan. Padahal tak lama akan membuahkan hasil, dan pemilik lahan akan segera panen. Si petani karbitan tidak sadar diri, bahwa ia pun masih memakan nasi dari beras yang padinya ditanam dengan pupuk urea. Ayam yang dimakan masih ayam yang menggunakan pakan kimia. Bahkan rokok yang ia hisap adalah rokok yang diproduksi dari tembakau yang disemprot bahan kimia. Pokoknya, semua petani harus mengubah trdisi yang tidak sesuai dengan intruksi pusat. Ditanya dari siapa intruksi pusat itu? Ia tak bisa jawab. Apa kualifikasi sang instruktur pusat? Ia pun hanya mengatakan, tunggu saja kedatangannya! Seorang instruktur pertanian yang canggih. Ilmunya mendalam. Layak disebut saintis mutlak.

****

Sahabat, semangat yang tercerabut dari realita adalah semangat yang membumbung tinggi ke angkasa. Namun sangat membahayakan. Terlebih semangat yang bersumber dari kobaran api emosi. Apatah lagi dari doktrin-doktrin para instruktur, yang sama-sama instruktur karbitan.

Di medan dakwah pun kita akan sama-sama melihat dan merasakan, kehadiran para pengklaim kebenaran mutlak di tangannya. Lalu mereka membakar sisi-sisi sensitif dengan doktrin-doktrin yang jauh dari model dakwah baginda Rasul. Beliau berdakwah jelas segmentasinya. Lahan dakwah bermula dari kerabat terdekat, keluarga tercinta, kemudian orang-orang yang menjadi tanggungan. Materi dakwahnya bukan halal-haram, lantas mengkufur-kufurkan. Dakwah beliau dilandasi cinta dan kasih sayang. Menyentuh sisi-sisi kejiwaan manusia yang terdalam. Jiwa ingin diperlakukan manusiawi.

Lalu bagaimana dengan model dakwah yang tidak pernah menanam, tapi ingin ikut memanen? Perjuangan yang sayup terdengar mengkafirkan, namun nyaring memprotes saat jatah hidupnya berkurang? Dakwah yang hanya besar di tataran pemikiran. Namun kosong di tataran akhlak, moralitas, dan tercerabut dari realitas. Dakwah yang meniadakan jihad. Anehnya masih mengklaim jalan hidupnya yang terbaik.

Tugas kita terus berhati-hati! Karena biasanya perjuangan yang hanya memanen tak mau menanam, adalah perjuangan kolonial menancapkan hegemoninya di dunia Islam! Sebaliknya membuat keruh suasana di kalangan Islam sendiri.


Biidznillah 

Senin, 11 Maret 2013

Nasehat

I.
Jika ada orang bodoh bicara, jangan ditanggapi. Jika harus ditanggapi maka tanggapan terbaik untuknya adalah diam.

II.
Kalian tahu, Macan tetap ditakuti meski sedang diam. Namun anjing akan dilempar jika terlalu banyak menggonggong.

III.
Jangan kalian sampaikan pendapat kepada orang yang tak menginginkannya; Kalian tidak akan mendapat manfaat, tidak pula pendapatmu akan berguna.

 
*nasehat yang lembut sekali dari seorang guru mahsyur, Imam Syafi'i.


Jumat, 22 Februari 2013

NAH Loe ! Inilah Sebabnya Mengapa Muslim Musti KAYA

Namanya Rasyid Nikaz, seorang pengusaha perancis (keturunan AlJazair) yang dengan ringannya membayar denda bagi muslimah yang becadar di Perancis dan Belgia. Sebagaimana kita tahu perancis menerapkan larangan mengenakan cadar di tempat umum sebagai reaksi pemerintah Perancis atas berduyun-duyunnya kaum wanita Perancis mengenakan cadar, dan bagi yang muslimah yang tertangkap petugas memakainya maka akan dikenakan denda.

Rabu, 20 Februari 2013

Injil 1.500 Tahun Kabarkan Kedatangan Muhammad


Metrotvnews.com, Ankara: Sebuah Kitab Injil berumur 1.500 tahun yang disembunyikan oleh Turki selama 12 tahun terakhir mengungkap menarik minat pihak Vatikan. Konon, Alkitab tersebut mengatakan bahwa Yesus memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW.

Sejumlah pihak mengatakan Injil tersebut ditulis dalam bahasa Aramaik dan disebut-sebut berisi ajaran-ajaran awal serta prediki Isa Almasih. Alkitab itu bersampul kulit dan ditulis pada kulit hewan dengan tinta emas berhuruf tebal.


Daily Mail melaporkan Alkitab itu diperkirakan berharga sekitar 14 juta poundsterling (Rp200 miliar). Bahkan fotokopi satu halamannya pun berharga sekitar 1,5 juta poundsterling.

Pemimpin spiritual tertinggi umat Katolik, Paus Benediktus XVI, mengaku tertarik untuk melihat kitab suci yang disebut-sebut sebagai Injil Barnabas asli. Hal itu dikatakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki Ertugrul Gunay kepada Daily Mail.

Dia juga mengatakan Vatikan telah membuat permintaan resmi untuk melihat kitab tersebut. Menurut Gunay pihak Vatikan telah meminta salinan saat Injil itu hendak diselundupkan ke luar Turki pada tahun 2000.

Saat ini, Alkitab itu berada dalam brankas pengadilan Ankara. Nantinya, Injil tersebut akan diserahkan kepada Museum Etnografi Ankara.

Meski demikian, kalangan Gereja skeptis dengan keaslian Injil itu. Seorang pendeta Protestan Turki, Ihsan Ozbek mengatakan, Injil itu diperkirakan berasal dari abad kelima atau keenam sesudah masehi. Sedangkan Santo Barnabas hidup pada abad pertama.

Oleh karena itu, lanjut Ozbek, keotentikan Alkitab tersebut perlu dipertanyakan. “Salinan Injil di Ankara mungkin telah ditulis ulang oleh salah seorang pengikut Barnabas. Karena ada sekitar 500 tahun antara Barnabas dan penulisan salinan Alkitab. Kaum Muslim mungkin kecewa melihat bahwa salinan ini tidak termasuk hal yang mereka ingin lihat,” katanya.

Bahkan Ozbek pun skeptis bahwa isi Alkitab tersebut menceritakan kedatangan Muhammad. “Mungkin tidak ada hubungannya dengan isi Injil Barnabas,” tambahnya.

Sementara itu, seorang teolog, Profesor Omer Faruk mengatakan Alkitab itu harus ditelisik lebih lanjut untuk memastikan orang yang menuliskannya, apakah oleh Barnabas atau pengikutnya. (Dailymail/Wrt3).
 
Sumber : 
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/29/m03s0u-misteri-injil-kuno-pengungkap-kerasulan-muhammad-saw

Kamis, 15 Desember 2011

Mengelola Ketidaksetujuan terhadap Hasil Syuro - Oleh Anis Matta

RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.

Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.

Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.

Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu? Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.

Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun —karena faktor setan— kita mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar.

Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.

Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak. ***



*diambil dari buku Anis Matta: 'Menikmati Demokrasi' (cetakan 1, Juli 2002)

Sumber :  http://www.pkspiyungan.org/2009/06/mengelola-ketidaksetujuan-terhadap.html

Selasa, 08 November 2011

Luar Biasa.... Ipar Mantan Perdana Menteri Inggris Raya Yang Menjadi Muallaf Berpidato..



dakwatuna.com – London. Lauren Booth, ipar mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, menjadi salah satu pembicara kunci dalam seminar bertema Harmonisasi Islam dan Budaya Barat menuju satu Era Baru yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Belanda, di Leiden.
Booth yang dikenal sebagai penulis dan wartawan ini berbicara tentang perjalanan spiritual sehingga akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam pada Oktober tahun lalu, demikian keterangan panitia seminar PKS kepada ANTARA London, Selasa.
Ia juga menyinggung perlunya komunitas Muslim untuk menunjukkan cinta dan kepercayaan diri ketika berdialog dengan elemen-elemen masyarakat lain di negara-negara Barat. Selain Booth, berbicara pula aktivis antiperang dan mantan anggota parlemen Inggris George Galloway, Presiden Akademi Eropa untuk Kajian Islam Sheikh Ahmed Amir Ali, aktivis Islam Jerman Dr Ibrahim El-Zayat, dan Dubes RI untuk Belgia Arif Havas Oegroseno.
Dari PKS, hadir Sekjen Anis Matta, anggota Komisi I yang juga mantan Ketua MPR Dr Hidayat Nur Wahid, Ketua Fraksi PKS di DPR Mustafa Kamal, dan Ketua PKS Belanda Deden Permana. Anis mengatakan, komunikasi Islam dan Barat memburuk sejak serangan 11 September 2011 sehingga dibutuhkan interaksi yang lebih baik melalui dialog dan komunikasi yang mutual.
Dalam seminar sehari ini Galloway Memuji PKS yang ia sebut berpikir di luar kerangka konvensional dan peduli dengan persoalan-persoalan dunia. Terkait dengan hubungan antara Islam dan Barat, Galloway yang sangat menentang invasi pimpinan Amerika Serikat ini mengatakan kalangan Muslim tidak ingin mendikte Barat. Sebaliknya, kalangan Muslim juga ingin Barat tidak lagi mendikte banyak hal ke orang-orang Islam.
Halloway mengatakan agar harmoni antara Islam dan Barat bisa dicapai, maka Barat harus mendukung sepenuhnya pembentukan negara Palestina, mengakhiri semua perang di negara-negara Muslim, dan tidak lagi membuat “pemimpin boneka” di negara-negara Muslim. Dr Hidayat Nur Wahid mengatakan sebaiknya tidak ada halangan antara Islam dan Barat untuk saling belajar satu sama lain. (Krisman Purwoko/antara/RoL)

*Selasa Membara
Fabbi ayyi ala irobbikumaa Tukadzibaan

Sabtu, 16 April 2011

Milad PKS Ke 13

Milad PKS ke 13 dilaksanakan pada Ahad 17 April 2011 di Gelora Bung Karno, jam 8 sd 12.

Target massa 300 ribu, dg rincian Jakarta 150 ribu dan diluar Jakarta 150 ribu,
Jam 07-7.30 : massa menuju GBK
Jam 08 : massa sudah di dalam GBK
Rute kendaraan : keluar di Komdak, masuk parkir timur, atau sulton bersama jalur Jabar dan Jaksel dan Jaktim.
Tempat duduk di Tribun 10, 11, 12
Apabila mengajak anak, tlg diberi nama

MC. Sule
Akan dihadiri Presiden SBY
Lagu : Dibo, Coklat, Wali
Nasyid : Shoutul Harokah, Izzatul Islam, Ar Ruhul Jadid
Doa : Habib Mundzir

Kode bus “TIMUR 02-1 sd 02-100″
Pemberangkatan peserta akan dikoordinir oleh DPRa dan DPC
Masing-masing Bus ada koordinator dan tlpnya
Koordinator tingkat desa/kelurahan adalah Ketua DPRa
Koordinator tingkat Kecamatan adalah Ketua DPC
Korlap Bekasi : Zainudhin
Tlp. 0818695762,
Email. Zainudhin@gmail.com
Panitia pusat : tubagus arif
Tlp. 081513005024
Email : tubagusarif@yahoo.co.id

Senin, 07 Februari 2011

New York Times : Bersama Ikhwanul Muslimin

The New York Time: Bersama Ikhwanul MusliminFeb 7, '11 9:04 AM

Tadi pagi, ketika di Warnet, tak sengaja saya melihat headline The New York Times (NYT) online dengan judul yang cukup membuat saya tertarik: “Among the Muslim Brotherhood” dalam tulisan Multiply sahabat dan akakk yg Menginspirasi saya 'Pembuat Jejak'..
Awalnya saya kira, majalah Amerika yang berbasis di New York itu akan memberitakan sisi negatif dari sebuah organisasi Islam di Mesir yang sudah puluhan tahun silam berdiri namun oleh pemerintah Mesir dianggap sebagai organisasi illegal karena pergerakannya yang seringkali tidak sejalan dengan pemerintahan Hosni Mubarak. Organisasi Islam yang didirikan oleh Hasan Al Banna ini telah menginspirasi ribuan bahkan mungkin jutaan manusia dalam berbagai sektor kehidupan.
Membaca paragraf demi paragraf dari artikel tersebut, membuat hati saya lega. Wartawan NYT yang menulis artikel tersebut menggambarkan bagaimana pertemuannya dengan salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin: Sobhi Sholeh, membuatnya cukup terkesan dengan organisasi pergerakan yang kini tengah mendapat sorotan hangat selama aksi protes rakyat Mesir terhadap rezim Hosni Mubarak.
Mungkin artikel ini menjadi menarik sebagai pandangan lain dari "barat", mengingat banyak negara barat pro-amerika yang sedang cemas apabila protes rakyat mesir nantinya berakhir dengan berkuasanya Ikhwanul Muslimin.
Beberapa penggalan artikel yang dituliskan oleh wartawan NYT tersebut antara lain:
"...Apa yang akan Anda bayangkan jika bertamu ke salah satu rumah seorang petinggi organisasi Islam? Tentu bukan gua-gua yang digunakan Osama bin Laden bersembunyi, namun bukan pula apartemen mewah dengan hiasan dinding berupa lukisan alam, lampu gantung yang indah, ataupun sekelompok bunga yang menghiasi meja untuk menyantap kopi. Apartemen Sobhi Sholeh lebih terlihat seperti ruangan tua yang sempit dengan bau terbakar dari penerangan di meja makan... namun ternyata ruangan sempit itu bisa digunakan untuk menjamu 30 orang..."
"...Ia (Sobhi Sholeh) adalah sosok yang sangat menawan. Sosok orang yang akan Anda jumpai dalam sebuah acara kemudian berjabat tangan dengan Anda dan tiba-tiba Anda menyampaikan pada semua orang bahwa: "Ia seseorang yang sungguh sangat baik..." tanpa Anda ketahui apa alasannya..." 
"...Mungkin nama Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) lebih terkesan seperti nama untuk sebuah kelompok teroris radikal yang digunakan oleh seorang pengarang cerita fiksi. Kenyataannya, anggota organisasi ini sangat jauh kesannya dari penggambaran tersebut. Mereka berasal dari berbagai golongan masyarakat yang berlandaskan atas keimanan dan sedikitpun tak ada pada mereka gambaran tipe garis geras seperti Al Qaeda... dan Anda akan menjumpai mereka selama aksi protes berlangsung di Mesir, bersama-sama kelompok masyarakat menyapu jalanan dan mengarahkan lalu lintas*..."
*perlu diingat bahwa polisi mesir sudah banyak yang melarikan diri dari amukan massa yang sudah tidak menaruh respek terhadap kepolisian mesir...
"...seandainya polisi mesir mencari keberadaannya, ia akan selalu bisa dicari ditempat yang sama mereka menculiknya, di rumahnya yang sederhana dengan bau khasnya, ditengah buku dan keluarganya..."
Masya Allah...
Wallahualam...
Silakan membaca reportase wartawan Nicholas Kulish tentang pertemuannya dengan salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin, Sobhi Sholeh, yang baru saja keluar dari "penculikan" polisi Mesir.
Artikel aslinya di sini:
http://www.nytimes.com/2011/02/13/magazine/13FOB-WWLN-t.html
Among The Muslim Brotherhood
It is almost impossible to convince yourself that a band of young men holding machetes, pipes and two-by-fours have only your safety in mind when they stop your car. Even after the 20th checkpoint, your heart still beats faster, and that tingle ripples over you until one of the men pops up your windshield wipers, signaling for the next group down the road that your car has been checked.
This is what driving is like in Alexandria when the police have fled. We want to visit Sobhi Saleh, the former secretary general of the Muslim Brother­hood’s parliamentary group. When we tell the final cluster of youths that we are going to see him, there are murmurs of respect. We leave the car at a makeshift barricade and enter a canyon of high-rise apartment buildings on foot. The elevator fits only two at a time, so we split up for our ride to the 13th floor. On Saleh’s door is a small brass plate with Arabic script that reads, “Sobhi Saleh, attorney before the highest court.”
What do you expect when you visit a leader of a political Islamic group? Not bin Laden’s cave, perhaps; but neither do you expect a tasteful apartment with landscape paintings and three chandeliers in the living room and flower petals in a dish on the coffee table. Saleh’s apartment could be a tidy grandmother’s home, were it not for the incense burning in a holder on the dining-room table and the fact that the common room could seat 30 people.
We wait. Saleh has just got out of prison and wanted to take a shower. We do not wait long. “I haven’t taken a shower in five days,” he says on entering the room. “I needed water on my body after five days in the same clothes.” He is a distinguished 57, clean-shaven, with white hair, wearing an orange sweater and black flip-flops. He has a leopard tissue cozy: not a leopard-print container, but what looks like a toy stuffed animal around his tissue box. He is immediately engaging, the kind of person you shake hands with at a conference then find yourself telling people, “He’s such a nice guy,” without really knowing why. It has to do with the way he laughs at the absurdity, even the pain, of life as he tells his harrowing story of the past few days.
Not very many people in Egypt missed the events of Friday, Jan. 28, but Sobhi Saleh did. He spent Thursday evening working on a speech that he planned to give the next day. He went to bed at midnight, then woke at 1:30 a.m. to insistent knocking. When he opened the door, he was face to face with a plainclothes police officer. Two more in uniform, and then four more plainclothes men, followed the leader into the apartment. They insisted on looking through his library, in his bedroom; Saleh woke his wife and asked her to leave the room. The officers seized his laptop, searched briefcases, took some of his papers and then took him. “I closed the door to my daughter’s room,” he told me. “I didn’t want them to wake her.” He had been to jail before.
He had the impression the officers were in a hurry. There were two cars waiting downstairs. After questioning at a police station in Alexandria, he and two colleagues from the Brotherhood were taken on a desert road leading to Cairo.
As a lawyer, Saleh knew that they were not technically under arrest, knew that they had not been charged and that when they arrived they were not in a prison but on some security base. “Then we understood that we were kidnapped,” he explained. “We were not protected by anyone. This is a place where you are just kept.” There were 34 members of the Muslim Brotherhood from all over the country there. They slept on the floor. “They just locked the door and left,” he says. “We thought maybe someone would come and shoot us and leave us in the desert. No one knew about us. No one knew where we were.” It is striking how nonchalantly he says this. Sometimes people are taken from their homes, detained and killed, and no one ever knows. It is part of a pattern; the founder of the Brotherhood, Sheikh Hassan al-Banna, was assassinated more than 60 years ago.
The Muslim Brotherhood sounds like a fictional name a scriptwriter would give to a radical terrorist group. Its actual members don’t really fit that cartoonish characterization. They come across as civic-minded people of faith. There is none of the proselytizing or the menacing tones of hard-core Salafists — the Al Qaeda types. The Brotherhood might well have a more radical agenda than their public face suggested after the demonstrations began, but on that occasion you saw them out with neighborhood groups sweeping the streets and directing traffic.

On that now-famous Friday on which Sobhi Saleh planned to give his speech, the police moved in so quickly that some worshipers didn’t have time to put on the shoes they are required to leave outside. From our vantage point on the roof of an apartment building in downtown Alexandria, the tear gas made our eyes stream, made us gag and burned our lungs. (How on earth did people pick up the canisters spitting gas in their faces and throw them back?)

A battle played out below, riot police versus protesters, maybe 100 versus 300, respectively, but one side with body armor, helmets, shields, clubs and guns for shooting gas, rubber bullets and pellets. A man with a tear-gas rifle took a rock square to the helmet and began shooting the burning-hot metal canisters straight at protesters’ heads and torsos. Elsewhere one officer broke chunks of concrete into smaller, easier-to-throw pieces, while another collected them in a basket so gently it seemed as if he were gathering eggs.
For all the stone-throwing and tear gas, it seemed more like a protest than a revolution until we heard the sound of muffled chanting and then strained to see, through the haze of gas, thousands of Egyptian civilians making their way to the fight. It is hard to put into context, coming from a country not governed by laws that allow the arrest of groups of more than three people, what it means to see this kind of crowd in Egypt. Two days before, we followed 80 or so protesters around a poor neighborhood, everyone scrambling at the first sign of police. But here, now, were thousands, in just one of several protests in Alexandria and dozens across Egypt.
The emergency room at the general hospital didn’t look like an emergency room. It looked like a squalid waiting area with rubber-covered mattresses. Two men had been shot through their thighs. Another man had been shot in the upper arm, and the blood was seeping through his bandage. But it was the finger I could not forget: a man’s finger had been hit by a bullet and was coated with congealed blood. It jutted at a crazy angle. Hands are said to be the most expressive part of the human body after the face, a notion I never really understood until I stared at this man’s finger, untreated and unbandaged because so many more serious wounds required treatment first.
The morgue was worse, not so much because of the dead but because of the living come to claim them. The relatives of a young man who had been shot dragged us in, saying: “You have to see. You have to tell people.” A man slumped against the wall — a tall man with a mustache who seemed as if he was probably a skittish joker under normal circumstances. He said: “They went out. They had no guns. They were peaceful protesters, and they killed them.” Then he began to shake and to sob. He cried more intensely than I have ever seen a grown man cry. Our interpreter, Alia Mossallam, 29, was normally a buoyant person — at the clashes Friday she cheerfully brought out vinegar to help with the tear gas the way someone surprises the group with a bottle of Prosecco at a picnic, but she came undone when a mother asked her opinion about her dead son, “Isn’t he beautiful, just like I said?” Then the woman began making requests of her son, as if he were still alive: “Speak to me in your beautiful voice again. Tell me you are happy to see me.”
This was a result of the protests. There were 13 dead demonstrators in that one room. There were at least two more such morgues in Alexandria. There were dead in Cairo and in Suez. Where else? Were there dead people we would never learn about in the desert? Was Sobhi Saleh — a grandfather and lawyer who spent five years in Parliament until the winds shifted and he was once again the kind of person who could simply be kidnapped — among them?
At the security base, Saleh and the other brothers overheard two of the guards talking about the violent turn the demonstrations had taken. It made them all the more concerned that they might be killed. One of their number had already suffered what he thought was a heart attack. They banged and kicked and raised a great clamor until a doctor was brought. He survived.

They pooled the money left in their pockets to pay a guard to bring them food. Saleh wrote a letter. He demanded that they be charged. “So they said, ‘In two hours, we’ll tell you,’ ” he says when we meet. On Saturday night, they were taken to a proper prison, Wadi Natrun, on the road between Cairo and Alexandria.

They were each given a blanket and divided three to a cell. Later they heard a tremendous racket inside the prison, then gunshots. Tear gas began to seep into their cells. “We thought we were going to die,” he says. “We were locked in, and the gas came in, and there was no way to escape.”
The guards ran away, followed by the prisoners: the murderers and thieves, the hard-core Islamists. Saleh says that this last group felt just enough solidarity with him and his comrades to cry out: “Brothers! Brothers! The prison is on fire.” But they didn’t stop to try to free them.
Saleh pauses at this point in his tale: “We were all laughing. We said, ‘This is crazy!’ ” In his apartment on the 13th floor we all laugh, the driver, the guide, my colleague Souad Mekhennet and I, and the man himself. “ ‘Brothers! Brothers! The prison is burning,’ ” he repeats, imitating them.
The Brotherhood men lifted the smallest of their group up to the window to scream for help. The prison did not burn down, but it was only on Sunday morning that people from nearby towns came by and realized that people were still inside and brought hammers. It took three more hours before they were free.
They borrowed money and bought phones. They called Al Jazeera and told the station: “We are here in front of the prison. Does anybody want us?” Nobody came. Finally the men gave up on waiting for Al Jazeera, called friends and family to ask for rides and were driven home.
He interrupts his story to get the clothes he had been wearing, warning with pinched nose and waving hand that they smelled. In the silence that follows, we listen to the crackling of gunfire below in the street. While Saleh was detained, his country changed. The army is in the streets.
When Saleh returns, we ask when precisely he made it back to Alexandria. “An hour ago,” he answers. He holds up the tan sweater, the brown corduroys, the purple button-front shirt. It’s just what he grabbed when the police came. Between his return to Alexandria and his shower, he gave a speech standing on a yellow car, through a loudspeaker, to thousands of people in Saad Zaghloul Square: “I stood on the car and told the people we just got out of prison. I came to you from prison before I even entered my house. We did not run away. We will not run away.” He says they chanted “Long live Egypt” in response.
We realize that we have stayed long after dark, which we had planned not to do. We also have not asked our main question, which is why the Brotherhood seemed to be allowing Mohamed ElBaradei to speak on their behalf. “This is not a Brotherhood movement,” he answers. “This is a movement of the Egyptian people, without color, without any ideology.” Soon, Saleh will either be called upon to help guide a corrupt, unruly, poverty-filled country of over 80 million people, or he will hear the knocking on his door again in the middle of the night.
The drive back is slow going, with checkpoints on every corner. Each block has a different group of young residents defending their street. Rain begins to fall, and there is the sporadic sound of gunfire, but thousands are still marching, in defiance of the curfew. They have been marching for three straight days.
It is jarring to come back to the marble and gold lobby of the Sofitel Cecil, right on the grand coastal boulevard, to return to comfort and a vast buffet. Souad calls me from her room. She has been watching state television, and they are warning about hundreds of escaped convicts, including 34 members of the Muslim Brotherhood. If they want Sobhi Saleh, they can find him exactly where they did before, in his cozy home, redolent of incense, among his books and his family..

 Gambar ke dua dari bawah : adalah pengakuan Ikhwanul Muslimin Atas Indonesia. Lambang paling bawah adalah Logo ikhwan