Sabtu, 03 November 2012

Erdogan Kunjungi Gaza, Negara-negara Arab Tertampar



Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan akan berkunjung ke Gaza, dalam waktu dekat. Kunjungan yang akan meningkatkan legitimasi bagi pemerintah Hamas itu dinilai sebagai tamparan bagi negara-negara Arab. Pasalnya, selama ini dukungan negara-negara Arab terhadap Palestina melemah.

"Ini adalah tamparan ke wajah (Arab)," kata Ehud Yaari dari The Washington Institute, seperti dikutip The New York Times, Jumat (2/11).

Di sisi lain, kunjungan Erdogan ke Gaza itu beresiko memperdalam pertikaian Ankara dan Tel Aviv pascaserangan Angkatan Laut Israel dikapal Mavi Marmara 2010 lalu.

Mantan pejabat diplomatik Israel, Alon Liel mengatakan, kunjungan Erdogan ke Gaza adalah manuver seimbang keberpihakan Turki pada Palestina. Menurut Liel, walaupun Erdogan adalah pemimpin dari negara sekuler, tetapi pemimpin utama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) itu merasa akrab dengan Hamas. Kedekatan itu jelas dia bersifat keagamanaan.

Mantan Juru Bicara otoritas Palestina Ghassan Khatib mengatakan, memberikan dukungan terhadap Hamas juga harus dipahami sebagai upaya membantu Palestina keluar dari tekanan yang melilit negara tersebut.

Sementara itu, Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas menghendaki semua kunjungan dan bantuan ke Palestina melalui pihaknya, termasuk langkah Qatar sebelum ini.

“Kami menentang semua kunjungan,” kata Abbas disiarkan Channel 2 Israel. “Jika mereka ingin membantu Gaza, mereka harus datang melalui otoritas, melalui otoritas hukum.” [IK/Rpb/NYT]
Source  : http://www.bersamadakwah.com

Rabu, 31 Oktober 2012

Semangat Pagi

Seandainya malas itu adalah kayu, maka akan kubakar & kuterbangkan abunya.
Seandainya malas itu adalah air, maka akan ku panaskan sampai menguap & menghilang.

Namun, seandainya semangatlah yang menjadi kayu, maka akan kubakar sebagai penerang jalan..
Dan jika semangatlah yang menjadi air maka akan kupanaskan ia untuk secangkir susu panas yang bisa menghangatkan hari
-*-
Semangat Guys, Pagi Pagi jangan LoyO  ^^


Rabu, 03 Oktober 2012

G 30 S PKI, Soekarno Bersembunyi Di Halim Dan Bogor



 
TEMPO.CO, Jakarta - Selama pergolakan Gerakan 30 September 1965, Presiden Soekarno sempat berpindah tempat persembunyian beberapa kali. Dari Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, Bung Karno mengumpet di Grogol, di rumah istrinya, Harjati. Kemudian ia hijrah ke Landasan Udara Halim Perdanakusuma. (Baca selengkapnya: Saat G30S, Bung Karno Teradang Kepungan Tentara)

Belum sampai landasan, mobil yang ditumpangi Bung Karno berbalik arah. Sebab, di depan Markas Angkatan Udara Halim, berdiri Panglima Angkatan Udara Omar Dhani dan deputinya, Leo Wattimena. Mereka pun mencari tempat peristirahatan sementara bagi Bung Karno.

“Akhirnya kami ke rumah Komodor Susanto,” kata Letnan Kolonel Polisi (Purn) Mangil Martowidjojo di majalah Tempo edisi 6 Oktober 1984. Di masa terjadinya gerakan 30 September 1965, Mangil berlaku sebagai Komandan Detasemen Kawal Pribadi dari Resimen Cakrabirawa. Sedangkan Komodor Susanto adalah pilot pesawat yang biasa dipakai Bung Karno bila keliling Indonesia.

Di rumah itu, datang Brigadir Jenderal Supardjo, Mayor Subambang, Mayor Sutrisno, dan Brigadir Jenderal Sabur. Menjelang tengah hari, datang Jaksa Agung Jenderal Sutardhio dan Jaksa Agung Muda Brigjen Sunaryo. Lalu muncul Panglima Angkatan Laut Laksamana Martadinata, Pangak Jenderal Sutjipta Judodihardjo, serta Menteri Koordinator Kabinet Dwikora I Dr Johannes Leimena.

Sekitar pukul 17.00, anak-anak Bung Karno hadir. Mereka adalah Megawati, Rahmawati, Sukmawati, dan Guruh. Tapi keempatnya tidak lama di sana. Mereka langsung diterbangkan ke Bandung dengan helikopter. Pukul 18.00, Komodor Susanto melaporkan adanya konvoi militer menuju Halim. “Tapi iringan dihentikan di depan pos PGT (Pasukan Gerak Tjepat) TNI-AU,” kata Mangil.

Malamnya, pukul 20.00, istri kelima Bung Karno, Ratna Sari Dewi Soekarno, datang ke Halim. Tapi tidak lama juga. Usai berdiskusi dengan Bung Karno, ia kembali ke Wisma Yaso. Sedangkan Kolonel Saelan mengatur persiapan buat meninggalkan Halim.

Kata Mangil, pelarian itu berjalan bertahap. Bung Karno menumpang mobil Prins biru, berplat B 3739 R. Bersama dia ada Leimena, Bambang Wijanarko Sudarso sebagai ajudan Bung Karno, dan Suparto. Semua pengawal, kecuali seorang yang berseragam Cakrabirawa, memakai baju preman. Selain itu tiap orang membawa revolver. Tujuannya agar tidak mencolok tentara yang patroli.

“Total ada delapan mobil pada rombongan. Di dalam jip terdapat 18 senjata Thomson. Dan jelang tengah malam, kami sampai di Istana Bogor,” kata Mangil.
 
-*-
#Pengen Segera mmebeli Tempo, Semoga Kita Bisa mengambil hikmahnya