Selasa, 19 April 2011

Berani Mundur (Sikap Politik Anggota DPR RI)



..lewat mundurnya Arifinto, PKS menunjukkan beda dengan partai
lainnya. PKS melakukan hal yang hampir tak mungkin dilakukan partai
lain. Dengan segala kekurangannya, partai ini relatif masih paling
mengusung moralitas di kancah politik nasional. (Zaim Uchrowi)
...


Oleh Zaim Uchrowi
Arifinto sungguh disayang Tuhan. Anggota DPR itu saya yakin seorang
yang baik. Lebih baik dari rata-rata orang, lebih baik dari kebanyakan
rekan legislatifnya. Tapi, sebaik-baik orang tentu punya kelemahan,
tak terkecuali orang baik ini. Ia melakukan yang tak patut bagi orang
sebaik dirinya, apalagi di tengah rapat Paripurna DPR—rapat yang
semestinya diikuti cermat oleh semua pesertanya.

Allah SWT mengingatkannya lewat lensa kamera wartawan. Hal yang sesaat
tentu memukul perasaannya juga perasaan rekan-rekan separtainya yang
memosisikan diri untuk menegakkan moral. Pukulan tertelak tentu harus
ditanggung keluarganya. Mereka tiba-tiba harus mendapat kerlingan aneh
orangorang di sekitarnya. Tapi, seorang Arifinto tentu seorang
realistis. Ia sadar dan siap memikul konsekuensi atas perbuatannya.

Tak banyak orang yang segera di ingatkan Tuhan begitu berbuat salah.
Tak sedikit orang yang berbuat salah lebih parah dari dia, namun
dibiarkan Tuhan. Banyak pejabat yang gemar berzina juga rajin menilap
uang rakyat dengan berbagai cara, baik yang kasar maupun yang tampak
beradab, tapi Allah membiarkannya. Mereka dibiarkan hanyut dalam
perbuatan kotornya dan tak dipermudah jalannya untuk kembali menjadi
orang baik.

Arifinto tidak seperti itu. Ia tidak pernah benar-benar kotor seperti
banyak orang lain yang tampak baik dan terhormat —padahal tidak.
Nuraninya relatif terjaga. Ketika menyadari telah melakukan hal yang
tak patut, segera ia menginstro speksi diri. Ia memilih mengundurkan
diri. Hal yang hampir tak akan pernah dilakukan siapa pun di DPR,
bahkan oleh mereka yang memiliki kesalahan lebih besar.

Di dalam dunia politik kita, mundur belum biasa. Sangat berbeda dengan
Jepang. Pejabat yang dinilai kurang patut, berdasarkan norma Jepang,
akan segera mundur. Pejabat yang dituding bersalah oleh publik akan
mundur. Mereka tidak akan mencoba membela diri, dan mereka tidak sibuk
berdalih menutupi kesalahan atau kekurangannya. Buat mereka, jabatan
adalah kepercayaan. Bila kepercayaan pada dirinya hilang, dia akan
segera menyerahkan jabatan. Apalagi kalau jelas membuat kesalahan.
Arifinto mengingatkan kita pada nilai itu. Ia mundur dari jabatannya.
Hal yang dulu juga dilakukan Bung Hatta. Kebetulan atau tidak, menurut
pakar politik Indra J Piliang, keduanya orang Bukittinggi. Daerah yang
di masa-masa awal Indonesia banyak melahirkan pemimpin besar. Mundur
dari jabatan bahkan dilakukan oleh pemimpin yang dituding
pengeritiknya sebagai otoriter, seperti Soeharto. Merasa rakyat tak
membutuhkannya lagi, Soeharto mundur.

Tak gampang buat memutuskan mundur. Hanya orang yang sungguh paham dan
sadar apa arti jabatan yang berani mundur. Seorang yang berani mundur
tahu betul bahwa jabatan bukan tujuan, jabatan hanya sarana. Bukan
sarana buat memupuk kejayaan diri sendiri, melainkan sarana untuk
membangun keadaan lebih baik untuk masyarakat. Maka, jabatan harus
dipikul dengan penuh martabat. Jabatan dijaga dengan kepatutan dan
moralitas tinggi. Seorang yang mengincar jabatan buat kejayaan diri
tidak akan pernah mau mundur. Mereka akan gunakan segala cara untuk
mempertahankan jabatan.

Sebaliknya bagi orang bernurani yang tahu jabatan hanya sarana, mereka
akan mundur saat telah melanggar kepatutan memikul jabatan. Mereka
akan mundur ketika jabatan tak lagi efektif untuk menggapai tujuan
membuat kebaikan di masyarakat. Itu yang dilakukan Hatta begitu
Soekarno mulai membangun pemerintahan otoriter berlabel demokrasi
terpimpin.

Arifinto membuat langkah penting bagi bangsa ini, membiasakan budaya
mundur. Hal yang tentu tak lepas dari sikap partainya, PKS. Partai
yang dalam beberapa waktu terakhir banyak dihujani cobaan, termasuk
pada kasus ini. Namun, lewat mundurnya Arifinto, PKS menunjukkan beda
dengan partai lainnya. PKS melakukan hal yang hampir tak mungkin
dilakukan partai lain. Dengan segala kekurangannya, partai ini relatif
masih paling mengusung moralitas di kancah politik nasional.


*)sumber: Republika edisi Jumat (15/4/11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak mu ...