MANDIRI ... yaa mandiri...
Itu bisa bermakna banyak...teramat banyak...
Bisa jadi ada yang menyebut sebagai nama Bank, ATM atau mungkin ada yang mengatakan sikap mandiri dan sebagainya...
Tapi
buat ku, seorang saka prayitno putro, seorang mahasiswa yang sampai
tulisan ini keluar belum juga lulus kuliah karena banyak hal, nama
‘Mandiri’ sangat erat dan berarti sangat buatku...
Karena , Mandiri ini bersifat ganda buatku...
Pertama,
karena dengan ‘keterpaksaan’ keadaan , kala itu, waktu itu, hingga saat
ini, saya seakan ter mandiri dengan sendirinya. Ajaran orang tua
khususnya ayah yang menekankan bahwa yang terpenting adalah pendidikan,
utamanya tentang alokasi dana. Walhasil, segala kekuatan dana keluarga
sebagian besar terfokus untuk pendidikan. Jadi untuk urusan SPP, buku
dan sebagainya entah dari mana pun uangnya, Bapak pasti memenuhinya.
TAPI untuk hal yang lain lain, nanti dulu... !!
Itu
terjadi mulai dari aku kelas 5-6 SD sudah dibiasakan begitu. Walhasil,
urusan jajan dan sebagainya amaat jarang terpenuhi.. Eskalasi terbesar
adalah saat SMA, karena smp ku SMP negeri yang tingkat hedonisme nya
yang masih belum tinggi, lagi pula masih lazim anak smp tahun
angkatanku (1999-2002) yang di antar jemput oleh Ortu... beda dengan
anak Smp sekarang yang sok sok pakai motor , padahal belum paham benar
dengan faktor keselamatan... dan ugal ugalan pula. SMA ku adalah SMA
Swasta yang cukup terkenal, baik terkenal prestasinya ataupun terkenal
dengan tingkat hedon nya yang besar. Yap, Saya bersekolah di SMA
Muhammadiyah 2 Yogyakarta atawa Sma MOEHA Jogja...yang terkenal pula
dengan Genk nya yang terkenal d Jogja , “RANGER” / Remaja Alim Ning
Gelem Rusuh...
Di SMA ku itu, karuan saja, yang
masuk hampir 95 % termasuk dalam kategori golongan orang kaya (bukan
termasuk saya). Sangat berbeda dengan gaya hidup selama ku hidup selama
ini.. maka wajar, saat itu aku mulai banyak meminta uang jajan pada Ortu
ku.. Karena waktu itu, saya hanya diberi uang bensin, dan bukan uang
jajan. Walhasil kalau ada sisa dalam beli bensin saja saya bisa beli
yang diinginkan. Oleh karena itu, mulai terfikir kan bagaimana cara
mencari uang sendiri. Yap... seorang anak kecil yang badung kelas 1 sma
Moeha mulai mencari cara bagaimana dapat duit.. di awal-awal masa
pencarian duit, langsung di tawari untuk jualan Rokok, maklum dulu ibu
pedagang rokok, alhasil laku keras di sekolah yang notabene fans Berat
Kereta Api alias Nyepur alias Ngebul
Itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya jualan mug, Pin dan lain
lain hingga buku. Era hijrahnya diriku membuat cukup perubahan besar
dalam pola berduit. Mulai dekat dengan Guru Agama SMA kala itu, mulai
pula berjualan buku islami, kaset islami, peci dan sebagainya, bener2
aneh menurutku kala itu yang belum lama pindah dari dunia error ke dunia
rada mending...hhaaa
Masih ingat kala
itu, kelas 2 SMA, tahun 2003, berjualan kaset dan buku buku menggunakan
alas tikar dan kardus yang berat. Terik matahari benar benar luar biasa
kala itu. Masih ingat benar, pas di ajak rekan sesama penjual buku, saat
ada Konser Izzatul Islam di UMY. Cuaca dalam kondisi yang sangat amat
tak bersahabat, sementara hasil penjualan pun tak banyak...
Benar2
pengalaman yang luar biasa... kemudian di hari lain, ada lagi hal yang
sama di UMY dan UNY UNY, males berbarengan dengan kecewa muncul dibenak.
Saat itu memang gencar2nya banyak konser Nasyid di Jogja. Tapi kawan
terus mengajak, akhirnya ikut juga.
Dan Luar Biasa...
hari itu menjadi sebuah turning point buatku dalam memahami bisnis.
Hari itu, di UNY saja laba bersih yang kudapat hingga 175 Ribu Rupiah.
Untuk kala itu dan ukuran ku yang masih siswa, itu sebuah prestasi...
Waaah pikirku. Lanjut dengan acara di UMY di total kala itu labanya bisa
300 ribu lebih. Amazing pikirku...
Dengan bekal
semangat itu tadi ku beranikan dengan matur bapak/ibu untuk memakai
rumah di Babarsari untuk membuka Toko yang menjual buku buku Muslim,
kaset, VCD dan pakaian Muslim, toko baru bernama ‘Na’afi’ pun lahir.
Nama yang sama dengan nama adikku bungsu, ‘Destriana Dayinta Na’afi’.
Bertahan cukup lama, kurang lebih 2 tahun hingga penghujung kelas 3 SMA.
Saat itu aku mendapat pengalaman berat dan berharga sangat tentang
“Memberi gaji pada karyawan” yang saat itu ada satu orang. Benar-benar
berat untuk ku yang saat itu masih SMA, kadang masih ngah ngoh dalam
beberapa kebijakan kecil. Hmmm... pendewasaan tentang arti tanggung
jawab dimulai dari sana.
SMA pun telah tamat, dan
alhamdulillah tawaran masuk tanpa test pun datang dari UPN dan UMY
dengan predikat ranking 3 atas seluruh calon Mahasiswa. Lalu nyoba
ikutan UM UGM, dan lolos alhamdulillah dengan ijinNya. Kemudian bapak n
ibu pun mengontrakkan Rumah di Babarsari untuk membayar biaya di UGM
yang kala itu masih sekitaran 5 juta yang terasa amat beratt. Terus
bergulir...waktu kian pergi, dan nilai kemandirian yang diajarkan
keluarga pun msaih melekat. “Kalau mau beli sesuatu, ya beli sendiri”
masih terngiang... Akhirnya mencoba melamar tentor di Primagama pada
smester 4 kuliah, alhamdulillah keterima. Lalu dengan modal itu, mutar
muter jogja mengajar mata pelajaran Sejarah dan Sosiologi untuk SMA dan
Sejarah untuk SMP dan SMA. Akhirnya kesampaian juga untuk membeli HP
sendiri, tas, sepatu dan terutama Kesukaanku “Komik” hha...
Akhir
smester 7, ada sebuah lowongan untuk membantu mengelola Game Net. Waktu
pun menjadi ganjil dan berubah, siang jadi malam, malam jadi siang.
Karena kuliah sudah selesai teori, sehingga jam 22.00-4 pagi untuk
bekerja dan siangnya untuk tidur. Sorenya untuk ngajar dan privat.
Begitu terus seolah seperti robot hidupku. Namun hingga sat itu, tingkat
prosentase meminta uang pada bapak menjadi terus berkurang. Kemudian,
sekitar 2 tahun lalu tepatnya, Bapak mendirikan Fotocopy yang di beri
nama ‘mandiri’ , filosofi nya memang sangat psikis jawa. Karena waktu
itu, kehidupan keluarga kami susah dan harus menguliahkan seorang anak,
dan menyekolahkan SMA seorang anak lagi, maka cukup berat beban kala itu
dan banyak keluarga dan saudara lain yang menyibir. Great !! menyibir
kataku...hmm
Dari situ mulai banyak belajar dari
bapak tentang manajemen “Mini Perusahaan’’ kalau boleh dibilang. Dan
tentu yang lebih susah adalah MeManajemen Karyawan. Sepati dua pati
jatuh juga dalam menyeleksi karyawan di awal awal berdiri. Luar biasa
benar kendala di awal kala itu. Kejujuran tenaga tenaga yang belum dapat
digadaikan dengan kepercayaan kami menjadi menu utama. Belum lagi
berbagai fitnah yang bermunculan yang ditujukan pada bapak, seperti kata
kata “Wah pantes, pak ***** ra tau kethok, ra tau bali wong pegawaine ayu..”
dan sebagainya. Memang kala itu pegawai di Fotocopy dua orang perempuan
dan karena itu sampai saat ini Bapak tidak mempekerjakan perempuan di
tempat usahanya. Dari situ aku banyak membantu baik pengelolaan maupun
tender proyek karena memang dekat dengan beberapa kampus, seperti
‘Unriyo (respati)’ UII Ekonomi, UPN Veteran, Univ Proklamasi 45, dan
Akindo yang berlokasi di kawasan babarsari dan Condong catur dan
khususnya dari tempatku kerja, primagama..haha..
Hidup
pun terus berlanjut, kehidupan kami 2 tahun ini mulai membaik, belajar
dengan bapak tentang pengelolaan tempat usaha khususnya Fotocopy membuat
ku banyak memiliki tambahan ilmu yang tak ku peroleh di bangku Kuliah.
Hingga akhirnya, Mandiri fotocopy kami dapat mendapatkan rata rata Omset
Rp.1 Juta per hari..Dari situ mulai sadar, bahwa tak selamanya aku
berada di bawah ketiak orang tua. Akhirnya mulai berfikir untuk sambil
ber bisnis sendiri, mulai dengan bisnis Kirim Buku import ke Sahabat
Sahabatku di kalimantan dan Sumatera hingga ber puluh kardus kardus
nilai bobot bisnis per minggu nya. Hasilnya pun lumayan besar, hingga
mendapatkan Job pelatihan dari SMA untuk membina KIR dan dapat digunakan
untuk modal berikutnya, hingga Usaha Pernak Pernik khas jogja, bros
Khas lambang Kerajaan Mataram di Jogja, gantungan Kunci Khas Jogja serta
andalannya adalah Topi Berbordir ‘Lambang Kraton Ngayogyakarta’ yang
telah menembus Pulau Sumatera, Kalimantan Timur dan Kawan di Sulawesi.
“Itulah Nikmatnya Silaturahmi dan Link” sobat.
Kemudian dari hasil jerih payah yang entah berantah, ketika ada
informasi mau di oper kontraknya Laundy di kawasan Kampus UNY dengan
harga cukup murah (menurutku), langsung saja ku sambar kesempatan itu.
Dan laundry bernama ‘Arofah’ pun berdiri di karangmalang UNY. Alloh
memang Maha Kuasa, kemudian ada Mesin yang rusak dan kemudian kebetulan
diperbaiki oleh Bapak bapak Teknisi yang mampu membuat Alat seperti AC
yang memiliki fungsi berbeda. Yakni membuat Udara sekitar menjadi
O2/oksigen dan membunuh kuman penyakit karena mengandung Laser khusus di
dalam alat itu. Deal bisnis pun semakin jadi, untuk berusaha memasarkan
dalam mass production, ke Rumah Sakit, atau kantor2 ellite dengan harga
fantastis. Karena memang hanya ada di beberapa negara saja alat
tersebut seperti di USA dan Jepang. Namun karena masalah dana, harus
lebih bersabar dalam hal itu. Tak lupa pula ada jalinan kerjasama
dengan sahabat baik untuk mempromosikan ‘Freon AC’ dan aku ambil bagian
dalam marketingnya. 10 Persen untuk setiaP Unit dan PK AC, cukup untuk
ku yang masih bujang . Belum lagi tawaran untuk memasarkan kambing
Kurban tiap Tahun pun benar2 lumayan. Untuk tiap kambing di beri 250
ribu dan waktu Tahun lalu berhasil menjualkan 13 Ekor kambing, dan
sangat mudah, karena ku tawarkan pada adik adik Organisasi yang akan
menyembelih kambing :D. Bertepatan dengan hal hal baik itu, ada kabar
dari Bapak bahwa Laundry yang mengontrak di rumah Babarsari sudah mau
habis kontraknya, langsung pula ku hubungi sahabat baikku hingga kini,
siapa tahu ada yang mau ber Investasi di jasa laundry dekat kampus ini.
Dan dengan penuh dag dig dug, buka lah “Mandiri Laundrynya Mahasiswa” di kawasan Babarsari. Ada mandiri Fotocopy ada Mandiri laundry..
Kedua,
Sebuah Spirit baru telah terbenam dalam hati, Sebuah epilog Azzam telah
terukir, nama basis awal untuk melangkah lebih maju di beri nama sama
dengan tekad seorang peemuda yang nekad untuk bisa hidup lebih
Mandiri...
*-*-* Rabu 20.30 , 14 Des 2011 @ Mandiri Laundry.. *-*-* Just For Share Utk Sahabat Semua *-*-*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak mu ...