Saya selaku penulis mendapatkan artikel menarik dari banyak Web yang intinya adalah sangat menghendaki agar Bapak Jokowi yang kami hormati bisa tetap memimpin Jakarta dengan baik dan bijaksana
Berikut linknya :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta - Beberapa hari belakangan ini banyak social media share (info
yang dibagikan melalui media sosial-red) yang berjudul "13 Alasan Saya
Tidak Setuju Jokowi Jadi Presiden". Hingga saat ini belum diketahui
siapa yang pertamakali membagikan atau menyebarkan social media share
ini.
Berikut isi dari tulisan "13 Alasan Saya Tidak Setuju Jokowi Jadi Presiden":
"13 Alasan Saya Tidak Setuju Jokowi Jadi Presiden"
Sudah
hampir satu minggu ini pro kontra mengenai pencalonan Gubernur DKI
Jakarta, Joko Widodo atau yang biasa disapa dengan Jokowi, untuk menjadi
calon presiden dari PDIP cukup banyak menghiasi timeline baik di media
sosial ataupun headline media cetak.
Di wall pribadi
saya pun juga beberapa kali saya tampilkan link-link berita yang
cenderung kontra (tidak setuju) dengan berita pencapresan Jokowi
tersebut. Dan karena seringnya saya menuliskan link-link tersebut
sampai ada yang menilai bahwa saya menjadi Jokowi Haters, hehehe...
Uuuuupppss,
jangan salah menilai dulu tanpa tahu sebab musababnya. Jauh sebelumnya
sesungguhnya saya justru fans berat Jokowi. Terlebih lagi ketika dulu
booming-boomingnya Mobil Esemka yang sempat di-endorse oleh Pak Jokowi,
dan digadang-gadang akan dijadikan sebagai proyek mobil nasional.
Wooooww,
langsung saja hal itu membuat saya termehek-mehek. Berbagai berita
tentang Jokowi selalu saya ikuti. Cerita kesuksesannya di Solo yg
legendaris dengan memindah ratusan bahkan ribuan PKL itu menjadi salah
satu kisah yang menarik. Hingga akhirnya Jokowi akan maju sebagai Cagub
DKI pun ada rasa bangga.
"Wah kapan lagi DKI bisa
'diperbaiki' oleh anak daerah yang berprestasi?", itu pikiran saya dulu.
Harapan besar agar Jokowi bisa menang dalam Pilgub DKI sangat
menggodaku untuk menularkan virus Jokowi ini. Video kampanya Tim
Jakarta Baru yang bisa dilihat di Youtube dan berdurasi sekitar satu
jam-an itu juga saya download dan saya lihat berkali-kali tanpa bosan.
Dalam benak pikiran saya pun mengatakan : "Nah, sepertinya ini pemimpin
yang ideal yang bisa memperbaiki Jakarta".
Bahkan di
twitter, akun @triomacan2000 yang saat putaran pertama sangat
memuja-muja Jokowi dan di putaran kedua berbalik arah menyudutkan
Jokowi pun bisa membuat saya muak. "Ah, Pak Jokowi tuh nggak seperti
yang di-tweet-kan @triomacan2000 itu"
Itu dulu. Sekali lagi, itu dulu. Beda dengan sekarang...
Setelah
akhirnya Jokowi bisa duduk manis sebagai Gubernur DKI, dipercaya dan
diberikan amanah oleh sebagian besar rakyat Jakarta yang berharap banyak
Jokowi bisa mengabdikan diri buat Jakarta, ternyata belum ada 2 tahun
masa jabatannya Jokowi sudah mulai 'berulah'. Mulai melirik rumput yang
lebih hijau yaitu dengan menjadi Calon Presiden RI.
Hingga
akhirnya memang Megawati berbesar hati memberikan mandatnya untuk
mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden dari PDIP. Dan siapa sangka,
justru hal inilah yang akhirnya justru membuat saya yang dulu
termehek-mehek sama Jokowi jadi antiklimaks, tidak respek sama sekali.
Tentu
saja menjadi tidak respeknya saya terhadap Jokowi itu bukannya tanpa
alasan. Ada banyak penyebabnya yang mengakibatkan saya menjadi tidak
respek tadi. Dan tidak respeknya itupun juga sambung-menyambung sejak
mengendorse Esemka hingga menjabat sebagai Gubernur DKI dan diberi
mandat sebagai capres oleh Megawati.
Setidaknya saya
mencatat ada 13 hal yang menyebabkan saya yang dulunya termehek-mehek
sama Jokowi akhirnya menjadi antiklimaks menjadi tidak respek lagi.
Sekali lagi yang saya catat dan saya tuliskan ini adalah berdasarkan
sisi penglihatan saya sebagai orang awam, Anda boleh saja setuju
ataupun tidak setuju. Kalaupun Anda tidak setuju ya itu adalah hak
Anda, tidak perlu berdebat kusir, silakan saja membuat tulisan Anda
sendiri dengan argumen Anda sendiri. Simpel.
Oke, tidak
perlu berlama-lama, yuk kita bahas 13 hal yang menjadi alasan mengapa
saya tidak setuju Jokowi untuk jadi presiden yaitu :
1. Mendongkrak Popularitas Dengan Mendompleng Esemka
Mau
tidak mau, setuju tidak setuju, pamor Jokowi di perpolitikan tingkat
nasional dimulai ketika muncul berita Walikota Solo (saat itu dijabat
Jokowi) menggunakan mobil esemka, yang diklaim sebagai hasil karya anak
bangsa. Bahkan gak tanggung-tanggung impian memiliki mobil nasional
seakan menjadi didepan mata.
Bahkan saking hebatnya dan
menjadi lebih populer lagi, Jokowi merencanakan kalo mobil esemka akan
dijadikan mobil dinas walikota dan wakil walikota solo. Bangga
menggunakan mobil karya anak negeri, kira-kira begitu. Dan bisa
ditebak, masyarakat yang mengikuti berita tersebut langsung jatuh
cinta. Baru kali ini ada walikota yang membela produk lokal, dan bahkan
akan menggunakannya sebagai mobil dinas..!! Kesan yang tampak di
masyarakat sudah pasti adalah sebuah figur pemimpin yang sederhana dan
pro rakyat. Kesan sebagai pejabat yang biasa menggunakan fasilitas
mewah (termasuk diantaranya mobil dinas) dengan mudah bisa dilepaskan
oleh Jokowi.
Sekarang kenyataannya kita pertanyakan lagi
komitmennya, benarkah esemka sudah dijadikan mobil dinas walikota dan
wakil walikota solo? Sudahkah ada perkembangan sejauh mana proyek
esemka menjadi mobil masional itu dilakukan? Anda bisa menilainya
sendiri...
Dan dari sini saya pribadi berpendapat,
Jokowi telah memanfaatkan Esemka yang diklaim sebagai produk lokal
untuk mendongkrak popularitasnya..!! Setelah target popularitas
tercapai dan kursi DKI 1 ditangan, esemka hanya tinggal kenangan...
2. Menelantarkan 'Nasib' Esemka
Saat
booming-boomingnya Esemka dan ada berita bahwa Jokowi ingin menjadikan
proyek mobil nasional, saya langsung terbayang mimpi-mimpi yang hebat
terhadap rencana tersebut. Akan membuka banyak lowongan kerja yang baru
dan bisa mengurangi pengangguran. Itu sudah pasti.
Perusahaan-perusahaan
pengecoran logam bisa dijadikan partnet untuk memproduksi spare
part-nya, anak-anak lulusan SMK bisa banyak ditampung bekerja, bila bisa
berjalan tentu bisa menggerakkan lagi roda perekonomian di Kota Solo,
dan masih banyak lainnya.
Namun seperti peribahasa,
"Habis Manis Sepah Dibuang", ternyata ada benarnya. Begitu target yang
diinginkan sudah tercapai, berhasil meraih popularitas dengan
menunggang esemka, dan bisa meraih kursi DKI-1, akhirnya Esemka
ditinggalkan begitu saja. Entah, kelanjutan untuk diproduksi massal
sebagai mobil nasional bisa jadi hanya sekedar mimpi besar di siang
bolong saja.
Nasib beberapa pesanan yang sudah sempat
masuk ordernya saat booming itu akhirnya dikerjakan dan disupport habis
sama Jokowi atau tidak, itu juga menjadi tanda tanya besar. Hal ini
menjadi salah satu alasan yang menyebabkan saya menjadi tidak respek
dengan Jokowi lagi. Memberi harapan kepada sesuatu (dalam hal ini
Esemka dan Pak Sukiyat) namun tidak direalisasi, bahkan malah cenderung
ditelantarkan.
3. Mudah Mengkhianati Amanah Yang Telah Diberikan Oleh Rakyatnya
Bila
diberi amanah maka dia berkhianat. Saya ingat sekali dengan kata-kata
itu, yang sering dijadikan bahan khutbah atau disampaikan dalam
pelajaran agama. Ini bukan hal yang sepele dan ringan. Ini masalah
tanggung jawab yang besar seseorang terhadap Tuhannya..!!
Ya,
kita tahu bahwa Jokowi telah menjadi Walikota Solo 2 periode. Yang
pertama diselesaikan dengan sempurna. Yang kedua, belum selesai masa
jabatannya sudah lompat pagar menjadi Gubernur DKI. Dan sekarang sudah
jadi Gubernur DKI, belum selesai masa jabatannya sudah mau lompat lagi
menjadi calon presiden..!!
Ckckckckck... Kok ya bisa, semudah itu untuk mengkhianati amanah yang telah diberikan oleh rakyat kepadanya?
Untuk
kasus yang di Solo ke Jakarta waktu itu saya masih berusaha untuk
menerimanya. "Ah gak papa, toh yang periode pertama sudah selesai sampai
akhir masa jabatannya, dan yang periode yang kedua pak wakil
walikotanya sudah paham dengan cara kerja walikota". Itu pendapat saya
dulu.
Lha, sekarang kok terjadi lagi. Belum selesai masa
jabatannya, baru juga 1.5 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI, lha kok
sudah mau lompat lagi menjadi calon presiden? Sungguh tingkah yang
dimata saya tidak profesional. Apakah tidak berpikir bahwa rakyat
Jakarta memilihnya dalam Pilgub DKI itu tentu mereka memiliki harapan
yang besar bahwa dalam 5 tahun kepemimpinannya bisa membawa perubahan
yang signifikan untuk Jakarta. Pilgub yang di biayai menggunakan uang
rakyat dan jumlahnya milyaran seakan-akan tidak dihiraukan lagi.
Tidak
ingat lagi bahwa Jokowi dipilih oleh rakyat, dan rakyat memberikan
amanahnya untuk menjadi pemimpinnya. Semudah itukah mengkhianati amanah
yang sudah diberikan oleh rakyat yang sudah banyak berharap agar
pemimpinnya bisa memberikan yang terbaik kepada rakyatnya hingga selesai
akhir masa jabatannya?
Hmmmm, silakan Anda pikirkan sendiri, kalo saya yang pasti gemas..!
4. Tidak Berjiwa Nasionalis
Coba
Anda telusuri berita-berita yang heboh mengenai monorel jakarta dan
bus transjakarta. Kira-kira monorel yang dipakai serta bus transjakarta
yang dipesan itu hasil produksi dari mana?
Jawabannya satu : Dari CHINA..!!
Ya,
monorel jakarta dan bus transjakarta yang digunakan itu adalah
produksi dari China. Ini yang saya tidak habis pikir, kenapa kok malah
menggunakan produk dari negara lain? Kok tidak menggunakan hadil
produksi dari karoseri lokal saja? Biasanya alasannya adalah itu sudah
sesuai dengan prosedur tender. Produsen lokal ada yang tidak memenuhi
beberapa syaratnya, dan harganyapun lebih mahal. Sedangkan produk yang
dari China itu harganya lebih murah.
Hmmmmm.. Kalo
menurut saya ini alasan yang diada-adakan. Andai pemimpin yang memiliki
jiwa nasionalis tentu akan lebih mementingkan produksi anak bangsa
lebih dulu. Kenapa? Sebab uangnya bisa berputar disini, uangnya
digunakan untuk membayar jam kerja para buruh disini, uangnya dipakai
untuk membayar kesejahteraan saudara sendiri di negeri sendiri. Bukan
membayar jam kerja orang lain di negara orang lain..!!
Ada
juga berita yang saya baca adalah produk dari China itu harganya lebih
murah 50 jutaan per unitnya, kalo sekian ratus atau sekian ribu yang
dipesan, harapannya bisa menghemat sekian milyarrrr..!! Eh, tau-tau
malah bus yang didapat malah bus rekondisi yang sudah karatan dan
rusak..!!
Bahkan dalam beberapa berita juga saya temukan
bahwa pemenang tender bus transjakarta itu kantornya saja susah
ditemukan. Sekalinya ditemukan, kantornya tidak meyakinkan. Masa ada
pemenang tender yang nilainya ratusan milyar kantornya cuma di ruko
saja?
Ah entahlah yang jelas disini saya tidak menemukan
sisi nasionalisnya Jokowi lagi seperti diwaktu dia mau menggandeng
Esemka, dimana aroma jiwa nasionalisnya kental terasa.
5. Bukan Contoh Pemimpin Yang Gantleman
Masih
teringat jelas ketika 'the busway gate' rame jadi berita, baik di
media online atau media cetak. Dalam kacamata saya, dengan munculnya
pemberitaan kasus 'the busway gate' ini sangat jelas sekali membuktikan
bahwa Jokowi bukanlah contoh pemimpin yang gantleman?
Pasti Anda akan bertanya, Apa alasannya?
Oke.
Skandal bus transjakarta yang menggunakan dana milyaran itu ternyata
bermasalah. Budget pembelian busway untuk setiap bus-nya diatas angka 3
milyar. Sekali lagi budgetnya adalah lebih dari 3 Milyar per bus.
Bahkan dalam sebuah berita ada yang menyebut kalau Ahok menginginkan
bisa mendapatkan bus yang kualitasnya selevel volvo atau mercedes.
Namun pada kenyataannya ternyata malah mendapatkan bus dari China yang
rekondisi dan sudah berkarat pula.
Dalam kasus ini Kadis
Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, menyatakan bahwa terjadinya
kerusakan (berkarat)-nya busway yang diimpor dari China tersebut karena
terkena percikan air laut pada saat proses ekspedisi ke Indonesia.
Jelas saja menurut saya ini adalah sebuah alasan yang sangat tidak
masuk diakal. Mana bisa bus yang saat pengiriman tersebut berada di
dalam kapal, tapi masih juga terpercik air laut? Hehehe...
Alih-alih
langsung dengan gantleman mengklarifikasi kejadian sesungguhnya,
dengan gantle minta maaf atau mengambil tanggung jawab anak buahnya
itu, tetapi malah mencari cari kesalahan dan kambing hitam. Hingga
akhirnya berujung mutasi jabatan si Kadis Perhubungan tersebut.
Bukannya seharusnya untuk proyek yang nilainya milyarnya, terlebih
pengadaan barang, semua spesifikasinya akan disebutkan dengan jelas dan
lengkap? Harusnya antara Kadis dan Gubernur akan tahu semuanya.
Apabila ternyata tertulisnya adalah produk yang berkualitas selevel
volvo atau Mercedes namun akhirnya hanya dibelikan bus China, sudah
pasti ini ada hal yang salah.
Nah, dimata saya pribadi
langkah memutasi Pak Kadis karena dianggap bersalah dalam kasus ini
tentu bukan hal yang baik. Akan lebih baik jika Jokowi langsung
mengambil alih tanggung jawab. Mengakui ada kesalahan. Mengakui bahwa
(barangkali) ada yang gak bener dalam proses pengadaannya, dan minta
maaf. Bukan malah mencari kambing hitam..!!
6. Lebih Mementingkan Mandat atau Kepentingan Partai
Dulu
saya berpikir bahwa Jokowi orangnya tegas dan sulit diintervensi oleh
partainya bila berhubungan dengan pekerjaan. Maksudnya akan lebih
mengutamakan pekerjaannya sebagai Gubernur dulu daripada untuk
kepentingan partainya. Namun ternyata dugaan saya itu salah. Salahnya
saja salah besar..!!! Ternyata Jokowi lebih mementingkan mandat adat
kepentingan partai daripada kepentingan rakyat yang telah memberikannya
amanah untuk menjadi pemimpinnya.
Rame-rame ada pemilihan gubernur di Jawa Barat dan diminta untuk 'jualan' di Jawa Barat ayuuuuukk..
Rame-rame ada pemilihan gubernur di Jawa Tengah dan diminta untuk 'jualan' di Jawa Tengah ayuuuuuukk...
Rame-rame ada pemilihan gubernur di Sumatra Utara dan diminta untuk 'jualan' di Sumatra Utara ayuuuuuuukk...
Saat jam kerja diajak ziarah ke makam Bung Karno di Blitar, ayuuuuuuuuukk...
Saat jam kerja sowan ke Gus Mus di Rembang, okeeeeeeee...
Hmmmmm,
hal-hal sepele seperti ini yang akhirnya malah membuat ilfil. Pemimpin
yang seolah-olah tidak ada wibawanya sama sekali. Sedikit-sedikit
'sendhiko dhawuh' sama perintah partai...
Padahal
seharusnya sebisa mungkin seorang pemimpin itu mengedepankan
kepentingan rakyatnya terlebih dahulu yang sudah memberikan amanah
kepadanya. Okelah gak perlu munafik, partai juga perlu, tapi mbok ya
diatur waktunya dengan baik dan elegan. Gunakanlah waktu diluar jam
kerja untuk mengurusi partai. Atau gunakan hari libur untuk kepentingan
partai. Jadi ketika melihat Jokowi dengan mudahnya diatur-atur partai
untuk kepentingan partainya dulu, dari situ pula respek saya ke Jokowi
mulai pudar.
Hal ini bertolak belakang dengan Ahok,
Wakil Gubernurnya. Meskipun sama-sama berangkat sebagai kader partai
dan berbeda partai, Ahok lebih bisa mengedepankan kepentingan rakyatnya
dulu dibanding partainya.
7. Berbohong Dengan Memainkan Sandiwara Politik
Masih
ingatkah Anda jauh-jauh hari sebelum mandat pencalonan presiden oleh
Megawati dibacakan? Setiap kali ditanya oleh wartawan soal peluang
Jokowi akan maju sebagai calon presiden ada beberapa jawaban yang selalu
diberikan.
"Copras Capres Copras Capres ......."
"Nggak Mikir... Nggak Mikir... Nggak Mikir..."
"Tiap hari mikirin banjir, macet, PKL, lha kok suruh mikir copras capres..."
"Jokowi itu komitmen..!"
Bahkan
dalam kampanyenya dalam pilgub dulu, "Jokowi itu komitmen, tidak akan
tergoda capres-capresan". Sandiwara itu tersaji dengan apik dan
sempurna. Rakyat disajikan sandiwara yang diperankan oleh seseorang yang
kelihatannya lugu namun ternyata juga menyimpan ambisi terpendam yang
luar biasa. Lengkap sudah.
Dengan komentarnya yang
"Nggak Mikir... Nggak Mikir... Nggak Mikir..." itu rakyat, lebih
khususnya rakyat Jakarta, dibuat 'bingung'. Disatu sisi, Jokowi ini
memang bener-bener nggak mikir menjadi calon presiden ataukah saat ini
masih belum mikir tapi nanti tetep mau juga menjadi calon presiden.
Selama
Jokowi masih menjawab "nggak mikir.. nggak mikir.." itu setidaknya
Jokowi mungkin masih bermaksud 'ngedem-ngedemke' atine rakyat Jakarta.
Nggak mungkinlah Jokowi meninggalkan rakyat Jakarta yang sudah
memberinya amanah untuk menjadi pemimpinnya.
Namun apa
mau dikata, ternyata sekuel demi sekuel sandiwara politiknya itu
terjawab sudah. Ternyata jawaban "nggak mikir.. nggak mikir.." itu
hanyalah isapan jempol saja. Kenyataannya akhirnya 'takluk' dengan
menerima atau mau melaksanakan mandat Megawati daripada melaksanakan
mandat rakyat yang memilihnya.
Poin ini tentu menjadi
krusial. Bukan menjadi contoh yang baik apabila ternyata pemimpinnya
malah mengajarkan berbohong dan memainkan sandiwara politik demi ambisi
partai ataupun ambisi pribadi. Inilah salah satu poin yang membuat
saya menjadi kehilangan respek kepada Jokowi.
8. Hanya Menjadi Wayang atau Boneka Saja
Pada
poin ini lebih ditekankan pada ketegasan seorang pemimpin yang wajib
memiliki integritas dan bebas dari intervensi kepentingan seseorang atau
kepentingan kelompok/partai. Di media sosial banyak sekali yang
menyoroti tentang hal ini, yaitu apabila Jokowi terpilih menjadi
presiden mendatang dikhawatirkan hanya akan menjadi simbol atau boneka
saja. Dimana yang menjadi dalang atau 'presiden' sesungguhnya adalah
orang yang memiliki kepentingan dibaliknya..!!
Salah satu
hal yang masih saya ingat adalah ketika rame-rame pilgub DKI tempo
hari itu. Katanya Jokowi didanai oleh seorang konglomerat. Milyaran
rupiah digelontorkan untuk mendanai kampanye Jokowi. Dan singkat kata
Jokowi terpilih menjadi Gubernur. Seiring berjalannya waktu, proyek
monorel Jakarta akhirnya akan dilanjutkan lagi. Siapa yang mendapatkan
proyeknya itu? Anda pasti tahu. Yang jelas Grup Bukaka-nya Jusuf Kalla
kalah dalam proyek ini.
Mungkin bisa kita otak atik
gathuk lagi. Sebelum mandat pencalonan presiden Megawati kepada Jokowi
dibacakan, Megawati masih belum sepenuhnya ikhlas untuk melepaskan
peluang menjadi calon presiden itu kepada Jokowi. Diluar alasan memutus
mata rantai trah Soekarno di PDIP, dalam internal PDIP
menggadang-gadang akan mencalonkan seorang jendral yang akan menjadi
calon presidennya.
Stop sampai disini dulu. Lalu,
beberapa hari sebelum pembacaan mandat itu, Megawati menemui puluhan
pengusaha etnis China, yang tentu saja dimintai untuk peran sertanya
demi kesuksesan PDIP dalam pemilu tahun ini. Entah kenapa, tidak
berselang lama mandat itu dibacakan oleh Megawati. Dan sesaat setelah
pembacaan mandat, Jokowipun menerima dan siap melaksanakan mandat
tersebut.
Hebatnya, begitu pembacaan mandat dan Jokowi
menerima mandat, tiba-tiba direspon positif oleh pasar. Indeks IHSG
naik dan nilai tukar dollar juga naik.
Terbacakah oleh Anda benang merahnya itu? Wallahu 'alam..
Yang jelas saya takut andaikata Jokowi menjadi presiden dan akhirnya hanya menjadi presiden boneka saja.
Kalo
saya, daripada jadi presiden boneka, mending jualan boneka aja. Ini
lagi laris-larisnya jualan Boneka Teddy Bear dan Boneka Pinokio...
9. Berpolitik Balas Budi
Banyak
pemberitaan yang membahas tentang hal yang satu ini, yaitu secara
tidak langsung Jokowi menjalankan politik balas budi. Dan yang paling
sering dihubung-hubungkan adalah mengenai pembangunan monorel Jakarta.
Saat maju pemilihan DKI-1, Jokowi seringkali dihubung-hubungkan dengan
nama salah satu konglomerat, yang turut membantu kesuksesan Jokowi maju
dan memenangkan pertarungan DKI-1. Milyaran rupiah digelontorkan oleh
si konglomerat itu agar Jokowi bisa terpilih menjadi DKI-1.
Namanya
mengeluarkan duit, apalagi dalam jumlah milyaran, tentu saja tidak
bisa gratis begitu saja. Masak udah membantu puluhan milyar, trus
duitnya gak pengen balik lagi? Halpir mustahil...
Dan
begitu kursi DKI-1 sudah ditangan, ternyata dugaan itu mendekati
kebenarannya. Proyek Jakarta Monorel dinyatakan oleh Jokowi untuk
dilanjutkan lagi, dan yang memenangkan proyek itu Anda pasti juga bisa
menebaknya. Yang jelas Pak Jusuf Kala dengan Grup Bukakanya kalah, dan
tiang-tiang pancang yang sudah dibangun oleh Adhi Karya yang seharusnya
dibayar ganti ruginya oleh pemenang tender Jakarta Monorel itu
nasibnya sampai sekarang masih terkatung-katung.
Nah ini
yang bisa menjadi sebuah preseden buruk, dimana bila ada pimpinan
melakukan politik balas budi, atau politik transaksional semuanya akan
menjadi kurang baik. Dan memang seharusnya calon presiden atau calon
pemimpin yang biasa melakukan politik balas budi seperti ini tidak bisa
menjadi contoh yang baik. Selagi ada calon pemimpin atau calon
presiden yang berani menolak melakukan politik balas budi, maka lebih
baik memilih pemimpin yang tegas seperti itu.
10. Melakukan Pencitraan Yang Menguntungkan Saja
Pada
poin ini sebenarnya saya juga ingin tersenyum dulu, kenapa? Sebab
menurut saya pribadi, Jokowi cerdas dan cerdik memainkan pencitraan yang
menguntungkan saja, pencitraan yang bisa membuat namanya jadi harum.
Ada dua hal yang ingin saya bandingkan disini, yaitu saat Jokowi
mendapatkan hadiah gitar dari salah satu personel grup band ternama
dunia dan satunya lagi ketika rame-rame ada pemberitaan busway yang
karatan.
Dari dua kasus tersebut, Jokowi tahu persis mana
yang bisa dimainkan agar namanya jadi lebih harum dan mana yang malah
menjadi bumerang. Begitu menerima hadiah gitar, tidak pakai lama, saat
itu Jokowi langsung berinisiatif untuk memberikan gitar tersebut ke
KPK. Jokowi takut nanti dianggap melanggar aturan mengenai pejabat yang
menerima gratifikasi. Dan ternyata benar, pemberian gitar tersebut
oleh KPK dianggap sebagai gratifikasi dan oleh karenanya gitar tersebut
diambil dan menjadi milik negara.
Pada kasus ini jelas,
nama Jokowi begitu harum namanya kan? Orang akan berpikir, "Wah,
seorang pemimpin diberi hadiah gitar oleh sebuah grup band terkenal
tapi malah diserahkan ke KPK, agar tidak dianggap KKN." Seolah-olah
akan banyak yang berpikir, "Oh, Jokowi hebat, tidak bisa 'disuap-suap',
disuap aja gak mempan, pasti dia juga gak mungkin korupsi" Itu salah
satu hal yang muncul dalam benak pikiran saya ketika mencermati kejadian
pemberian gitar yang akhirnya diberikan kepada negara itu. Stop sampai
disini dulu.
Sekarang dibandingkan dengan adanya
masalah yang kedua. Ketika terjadi ramerame berita busway yang rusak
dan karatan, padahal baru saja dibeli, kenapa Jokowi tidak segera
melakukan tindakan yang sama? Segera laporkan ke KPK dan biar
secepatnya diusut tuntas dan jelas masalahnya..!! Apakah itu sebuah
kebetulan??? Yang jelas dimata saya pribadi, Jokowi terlalu cerdik,
memilih kasus mana yang bisa membuat citranya positif dan harum serta
kasus mana yang nanti malah menjadi bumerang.
Itu setidaknya menurut kacamata saya. Entah lagi jika Anda punya pemikiran yang lain.
11. Tidak Memiliki Visi Misi Yang Jelas Terarah dan Terukur
Namanya
sudah diajukan menjadi calon presiden, sudah barang tentu sudah
memiliki grand design, bagaimana visi misi yang akan dia inginkan ketika
nanti benar-benar terpilih menjadi presiden. Namun saat ditanyai
mengenai visi-misi ini tidak secara jelas Jokowi menjawabnya. Malah
memberikan jawaban yang aneh, yaitu dia masih fokus untuk mengurusi
pemilu legislatif lebih dulu. Belum terlalu memilirkan pemilu presiden
dan wakil presiden..!!
Wuaaaaaa...!!! Pemimpin macam mana
ini, sudah mau maju menjadi calon presiden tapi ketika ditanyain
mengenai visi misi malah tidak bisa menjawab visi misinya...
Setidaknya, seorang calon presiden itu akan memiliki gambaran apa-apa
saja yang akan dilakukannya nanti. Misalnya saja :
Dalam birokrasi akan melakukan apa...
Dibidang ketahanan pangan akan melakukan apa...
Dibidang ketahanan energi akan melakukan apa....
Dibidang kebudayaan akan melakukan apa...
Dibidang pendidikan akan melakukan apa...
Dibidang kesehatan akan melakukan apa...
Dan seterusnya...
Atau jangan-jangan, visi misi yang jadi titipan 'beking'-nya atau 'dalang'-nya belum juga disiapkan? Ah mbuhlah...
12. Belum Memiliki Prestasi Kerja Mengatasi Problem-Problem Negara
Para
pembela Jokowi yang setuju Jokowi maju sebagai calon presiden biasanya
adalah : "Jokowi akan lebih mudah membereskan masalah Jakarta kalau
dia menjadi presiden, sebab bisa dengan cepat mengambil keputusan".
Atau kadang ada juga dengan argumen : "Kalo Jokowi jadi presiden, yang
untung bukan cuman Jakarta, tapi seluruh rakyat Indonesia..!"
Mendengar
argumen seperti itu kadang saya cuman tertawa dalam hati, entah
bagaimana bisa menggunakan logika seperti itu. Sedangkan saya justru
berpikir terbalik, "Ngurusin Jakarta yang luasnya masih seper berapanya
bangsa ini saja masih belum terlihat hasilnya, kok mau loncat-loncat
pekerjaannya mengerjakan tugas yang lainnya..!!"
Jadi
presiden nanti bukan saja menyelesaikan problematika Jakarta yang
ditinggalkan saja, tetapi juga mengurusi Aceh, Medan, Palembang,
Semarang, Surabaya, Balikpapan, MAkassar, Ambon, hingga Papua. Semuanya
memiliki problematika sendiri-sendiri dan berbeda-beda cara
penyelesaiannya. Kalo prestasinya hanya sekedar seputar
mengatur/merapikan PKL, bikin kartu sehat, bikin kartu pintar, ngusir
topeng monyet dan itu langsung di copy paste ke daerah-daerah lain, itu
bukan sebuah prestasi yang membanggakan. Mengapa? Mengurus negara itu
jauh lebih kompleks dari sekedar hal-hal itu. Dan menurut saya belum ada
prestasi yang hebat yang bisa dijadikan bukti nyata untuk meyakinkan
saya.
Contoh saja.. Mengatasi masalah ketahanan energi..
Membangun infrastruktur (bandara, pelabuhan, jalan tol, dll).. Mengurusi
masalah ketahanan pangan.. Mengurusi mengenai pertanian/peternakan..
Mengurusi kesehatan masyarakat.. Mengurusi ketahanan negara..
Dan
lain sebagainya, masih banyak lagi.. Dimata saja, belum ada
prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh Jokowi yang bisa 'dipamerkan'
menghandle problem-problem negara yang jauh lebih besar. Kita sebagai
calon pemilih tentu saja serasa berjudi andaikata menyerahkan amanat
kepada seorang pemimpin yang ternyata belum teruji kapasitasnya
mengatasi atau menyelesaikan problematika negara yang beraneka ragam
itu.
13. Sebab Dicalonkan Oleh PDIP
Untuk
alasan yang terakhir ini saya agak subyektif. Ya karena ini tulisan
hasil penglihatan dan analisa saya, maka saya tetap mencantumkannya.
Alasan saya yang ke-13 adalah, saya kurang setuju Jokowi menjadi calon
presiden sebab dia dicalonkan melalui PDIP.
Mengapa
saya kurang setuju Jokowi dicalonkan sebagai calon presiden dari PDIP?
Sebab, dalam banyak pemberitaan banyak disebutkan rekam jejak kinerja
partai ini dimasa lalu cukup memprihatinkan. Bahkan dalam minggu-minggu
terakhir ini di media sosial dengan hashtag #MelawanLupa, banyak
dituliskan rekam jejak kinerja partai ini dimasa lalu.
Coba saya tuliskan #MelawanLupa yang ramai dibahas di media sosial itu: Ibuku sayang..
1.
Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat
dengan murah, sehingga kita dimata-matai negara tetangga. #?MelawanLupa
2. Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30% nilainya) ke asing. #MelawanLupa
3. Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa.
4.
Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya
$3 per mmbtu), lalu sekarang kau teriak2 selamatkan Migas.
#MelawanLupa.
5. Dulu kau buat UU Outsourching yg
merugikan kaum buruh wong cilik, sekarang kau koar2 atas nama buruh dan
wong cilik. #MelawanLupa.
6. Dulu kau berikan SP3 dan SKL untuk bandit2 BLBI pencuri uang rakyat. #MelawanLupa.
7.
Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader mu
terbukti paling banyak yg tersangkut korupsi. #MelawanLupa.
8. Dan sekarang, untuk mengkatrol suara dan citramu yang terpuruk, kini kau mengumpankan si "Kotak2". #MelawanLupa.
9.
Dulu kau berhutang triliunan rupiah hanya utk menyelamatkan bandit2,
sekarang kau juga didukung bandit2 utk naekkan bonekamu. #MelawanLupa.
10. Dulu kau bilang kau dikhianati SBY, skrg kau khianati Prabowo. #MelawanLupa.
11. Dulu kau ngambek krn tdk menang lawan SBY, skrg kau jumawa dan sombong meski belum menang. #MelawanLupa.
12.
Kau lupakan korban 27 juli yg tdk lain kader2 mu, setelah itu kau
berkoalisi bersama org yg menjadi salah satu aktornya dan kini kau
ungkit2 lagi dosa org tersebut. #MelawanLupa.
13. Dulu kau pecat pa Kwik yg mencoba membela dan mempertahankan aset negara. #MelawanLupa.
14. Dulu kau hanya bisa diam dan membiarkan negeri ini dlm mode autopilot. #MelawanLupa.
Sungguh woooooooww sekali, dan saya serasa diingatkan lagi untuk #MelawanLupa itu...
Lalu
apakah sesungguhnya apa yang menjadi kriteria saya andaikata Jokowi
layak dicalonkan menjadi presiden? Saya Setuju Jokowi Jadi Presiden
Kalau...
1. Menyelesaikan amanah dan janji-janjinya untuk rakyat Jakarta hingga selesai masa jabatannya..
2. Dicalonkan oleh partai yang memiliki track record yang baik (atau yang paling baik diantara yang buruk)..
3. Bebas intervensi dan bebas politik balas budi..
4. Memihak kepentingan nasional (nasionalis)..
5. Memiliki visi misi pembangunan kedepan yang dahsyat namun realistis untuk diwujudkan..
6. Memiliki track record prestasi menyelesaikan problematika dalam sekup yang lebih besar..
7. Tidak mementingkan pencitraan, tetapi mementingkan prestasi dan kerja nyata..
8. Tidak mudah disetir oleh kepentingan partai atau kelompok tertentu..
9. Menjadi pemimpin yang gantleman dan berani mengambil tanggung jawab tanpa mencari kambing hitam..
10. Tidak menjadi pemimpin boneka..
Nah,
sampai disini semoga Anda bisa memahami dan mengerti berbagai macam
pertimbangan yang akhirnya membuat saya yang dulu 'jatuh cinta' dengan
Jokowi akhirnya malah berbalik arah menjadi tidak respek dengan beliau.
Bukan karena benci, sama sekali tidak.
Hanya merasa
kasihan saja andaikata ternyata Jokowi itu hanya dimanfaatkan untuk
kepentingan orang lain atau pihak lain yang ingin mengambil keuntungan
dibalik pencalonan Jokowi tersebut. Bahkan sayapun juga masih berharap,
andaikata Jokowi memenuhi 10 kriteria yang saya dituliskan diatas,
saya mau untuk mendukung Jokowi menjadi presiden.
Semoga
tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan Anda. Tidak ada paksaan
dari saya untuk Anda tidak memilih Jokowi, sama sekali tidak. Anda
punya jagoan sendiri ya monggo, begitu pula saya.. Dan Anda juga tidak
harus mengikuti dan setuju dengan pendapat yang saya kemukakan disini.
Bila Anda memiliki pendapat sendiri, silakan berpendapat, silakan
menulisnya, dan dengan senang hati nanti saya juga akan ikut
membacanya.. Salam Pemilu Cerdas, Pemilu Pintar...!!